Nelayan Sungsang Dibekali Informasi Cuaca Maritim Berbasis Dampak Sebelum Melaut

  • Judith Marris
  • 22 Agu 2023
Nelayan Sungsang Dibekali Informasi Cuaca Maritim Berbasis Dampak Sebelum Melaut

Palembang (22/8), Komisi V DRP RI, Ir. Eddy Santana Putra, M.T menghadiri sekaligus membuka kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2023 yang bertempat di lapangan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Palembang Wilayah Kerja Tanjung Api-Api.

Kegiatan ini dihadiri dan dibuka oleh anggota Komisi V DPR RI, Eddy Santana Putra. "Nelayan dan kesejahteraannya merupakan bagian penting bagi kita. Untuk itu, dengan kegiatan SLCN mengusung tema Nelayan hebat, Selamat, dan Sejahtera diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan, terutama di wialayah Sumsel," haturnya.

Antusiasme yang semakin besar tidak hanya ditunjukkan oleh Eddy Santana, tetapi juga oleh para nelayan, penyuluh nelayan, kesyahbandaran, dan para tamu undangan saat Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Eko Prasetyo memberi pengantar SLCN dengan mendemonstrasikan InaWIS BMKG.

Dengan InaWIS BMKG, para nelayan yang hendak melaut dapat melihat kondisi cuaca maritim berupa tinggi gelombang, arus laut, arah dan kecepatan angin, informasi berbasis dampak serta fishing ground yang dapat menampilkan prakiraan hingga sepuluh hari mendatang. "Dengan kemudahan informasi InaWIS BMKG, bekal nelayan untuk melaut dan menangkap ikan sudah sangat terpenuhi," lanjutnya.

Menurut Dadang Purnama (41 tahun), satu di antara ratusan peserta SLCN Sumsel mengaku kegiatan ini sangat baik. Beliau juga sangat berterima kasih kepada BMKG yang telah melaksanakan kegiatan ini. "Ini kesempatan bagi kami untuk belajar tentang kondisi laut dan cuaca," ujar Dadang.

Ia juga mengatakan bahwa selama ini sebelum melaut hanya mengacu kepada pengalamannya, seperti dengan melihat bulan terang, bintang maupun kondisi awan. Tidak hanya Dadang, Nurbaiti (31 tahun) yang sudah enam tahun menjadi penyuluh perikanan di Kecamatan Sungsang juga sangat mengapresiasi kegiatan SLCN Sumsel yang dilaksanakan tahun 2023 ini. "Saya berharap SLCN bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya, sehingga nelayan terbekali dengan lebih baik terhadap informasi cuaca laut," tuturnya.

Sebagai salah satu prioritas nasional, SLCN diharapkan dapat menjadi sarana diseminasi informasi cuaca maritim, terutama dalan sektor perikanan dan kelautan. Selain itu, para alumni SLCN ini juga diharapkan dapat menjadi trainer bagi nelayan-nelayan lain yang belum berkesempatan menjadi peserta.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024