MoU Stamet Maritim Perak II Surabaya dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan

  • Rozar Putratama
  • 21 Feb 2019
MoU Stamet Maritim Perak II Surabaya dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan

Kalianget - Selasa (19/2), Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, khususnya pada pasal 32 huruf a dan c yang menyebutkan bahwa informasi tinggi gelombang dan prakiraan cuaca harus sampai kepada masyarakat, Stasiun Meteorologi Maritim Perak II Surabaya melakukan kerjasama dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kalianget.

Penandatanganan perjanjian kerjasama tersebut dilakukan oleh Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kalianget dan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Perak II Surabaya di Pelabuhan Kalianget. Dalam klausul Perjanjian Kerja Sama tersebut dinyatakan bahwa Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Tanjung Perak Surabaya akan memberikan Informasi cuaca kemaritiman kepada kapal-kapal yang melakukan pelayaran dari Pelabuhan Kalianget menuju pelabuhan Masalembu, pelabuhan Kangean, pelabuhan Sapudi, pelabuhan Sapeken, pelabuhan Raas dan pelabuhan Jangkar secara rutin setiap hari, Informasi kondisi cuaca kemaritiman tersebut akan disampaikan ke Kantor KSOP Pelabuhan Kalianget untuk selanjutnya diteruskan ke para pemilik kapal penyebrangan di wilayah tersebut.

Sebelum penandatanganan dilakukan, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Perak II Surabaya, Taufiq Hermawan, terlebih dahulu menyampaikan sosialisasi layanan informasi cuaca jalur pelayaran di Pelabuhan Kalianget. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh para stakeholder Pelabuhan Kalianget antara lain GM Pelindo wilayah setempat, Para operator kapal dan Unsur Muspika di wilayah tersebut.. Penyampaian ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya informasi cuaca kemaritiman terutama yag terkait dengan jalur pelayaran. Para peserta sosialisasi cukup antusias dan melontarkan banyak pertanyaan terutama terkait produk informasi yang akan diberikan dan teknis penyampaian informasi tersebut.

Selanjutnya, Taufiq Hermawan beserta tim dari Stasiun Meteorologi Maritim Perak II Surabaya didampingi oleh pihak KSOP Kalianget melakukan survei jalur pelayaran di Pelabuhan Kalianget. Survei ini bertujuan untuk mengetahui kondisi cuaca dan perairan pada jalur-jalur yang biasa dilalui oleh kapal-kapal. Hasil survei yang diperoleh diharapkan dapat membantu Stasiun Meteorologi Maritim Perak II Surabaya dalam menyajikan informasi cuaca kemaritiman yang tepat dan akurat untuk wilayah Pelabuhan Kalianget.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024