METEONET-DISC #6 - Bahas Kondisi Iklim Indonesia, Kilas Balik 2020 dan Prospeknya di 2021

  • Ibrahim
  • 26 Jan 2021
METEONET-DISC #6 - Bahas Kondisi Iklim Indonesia, Kilas Balik 2020 dan Prospeknya di 2021

Deli Serdang - Stasiun Meteorologi Kualanamu menyelenggarakan Seminar Online Meteonet-Disc #06 dengan tema "Iklim Indonesia : Kilas Balik 2020 dan Prospeknya di 2021".

Dalam Opening Speech yang diberikan oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, beliau mengapresiasi Stasiun Meteorologi Kualanamu atas penyelenggaraan Meteonet-Disc #06 yang mengangkat tema iklim. Diskusi terkait iklim Kembali mendapatkan momentum yang baik setelah Presiden Amerika yang baru Joe Biden yang akan komit kembali mengatasi isu-isu perubahan iklim global.

Perubahan iklim menjadi hal penting yang perlu dibahas akhir-akhir ini karena sangat menyangkut dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Contohnya fluktuasi temperatur dan CO2 di udara yang kemudian merubah kenyamanan manusia. Perubahan iklim juga berdampak terhadap peningkatan terjadinya bencana hidrometeorologi (cuaca ekstrem). Beliau juga mengajak seluruh peserta Meteonet-Disc #06 untuk bersama-sama berupaya mengatasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi, bersama-sama meninggalkan warisan lingkungan yang baik untuk anak cucu kita di kemudian hari.

Seminar online Meteonet-Disc #06 dilaksanakan secara langsung melalui ZOOM Meeting dan YouTube. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar dua ratus peserta secara Nasional dari internal BMKG, stakeholder, dan masyarakat. Dihadirkan dua Narasumber yang memberikan paparan dalam Meteonet-Disc #06, yaitu Supari selaku Sub Koordinator Bidang Peringatan Dini Iklim BMKG dan Syafrinal selaku Kepala Stasiun Klimatologi Deli Serdang

Dalam paparannya Supari menyampaikan tentang Kaleidoskop Iklim Tahun 2020 dan Prospeknya di Tahun 2021 dalam analisis secara nasional. Tahun 2020 iklim global diwarnai oleh adanya fenomena La Nina. Di awal Oktober 2020, BMKG telah merilis informasi aktifnya La Nina dan diprakirakan akan mencapai intensitas La Nina Moderate sampai dengan awal tahun 2021. Hadirnya La Nina Moderate ini memberikan dampak peningkatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.

Tahun 2020 juga mencatatkan suhu tertinggi kedua selama 40 tahun terakhir, terpanas pertama di tahun 2016 saat terjadi El Nino Kuat. Selain itu, tahun 2020 menjadi tahun ketiga terbasah selama 20 tahun terakhir. Beliau juga menyampaikan bahwa secara umum kemarau tahun 2020 lebih pendek dibandingkan normalnya. Untuk prospek iklim tahun 2021, pada semester pertama diperkirakan La Nina akan berlanjut dan diperkirakan berakhir pada April-Mei serta kondisi IOD diperkirakan tetap netral. Beliau juga menambahkan perlunya diwaspadai peluang curah hujan tinggi pada Februari hingga April untuk daerah Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Sementara itu, Syafrinal dalam paparannya membahas kondisi iklim di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2020 dan prospeknya di tahun 2021. Untuk wilayah Sumatera Utara, curah hujan ekstrem dominan terjadi di akhir tahun yang berdampak terhadap terjadinya banjir di beberapa wilayah, contohnya yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal yang mengakibatkan putusnya jalur transportasi darat dan jembatan. Secara umum wilayah Sumatera Utara saat ini masih mengalami musim hujan, kecuali di wilayah ZOM 12, 14, dan 16 yang diperkirakan akan memasuki musim kemarau di Januari 2021. Di awal 2021, suhu permukaan laut di perairan barat dan timur Sumatera Utara diperkirakan dalam kondisi anomali positif, yang berarti menambah penguapan di wilayah Sumatera Utara. Kondisi ini akan menuju netral hingga Mei 2021. Sirkulasi angin didominasi dari Timur Laut hingga Maret 2021 dan mulai melemah pada April 2021.

Seminar Meteonet-Disc #07 selanjutnya akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021 dengan tema "Strategi Penatausahaan BMN di Lingkungan BMKG". Untuk Bapak/Ibu yang ingin menjadi Narasumber dalam kegiatan Meteonet-Disc dapat mengajukan permohonan melalui link bit.ly/NarasumberMeteonetdisc atau melalui email ke polonia.stamet@gmail.com

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024