Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya

  • Rama Aditya
  • 29 Nov 2023
Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya

Banjarnegara, 28 November 2023 - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati yang diwakili oleh Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan fenomena embus es (frost) di Dieng merupakan salah satu aspek cuaca yang menyita perhatian serius bagi kalangan ilmuwan, praktisi cuaca, dan masyarakat.

"Cuaca dan iklim merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan peristiwa-peristiwa ekstrim seperti embun es (frost) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan" kata Ardhasena dalam sambutannya yang sekaligus membuka seminar ilmiah bertajuk 'Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya', Selasa (28/11).

Pada seminar ilmiah ini disampaikan hasil pengamatan frost dan temperatur minimum komprehensif di wilayah Dieng, Jawa Tengah sejak tahun 2020. Pengamatan dilakukan dengan memasang peralatan AWS di wilayah Candi Arjuna.

Fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.

Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni - Oktober). Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.

"Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim," ujar Ardhasena.

Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan. Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.

Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat. "Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal," ungkap Ardhasena.

Hal senada juga disampaikan oleh Fadjar Hutomo, Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Manajemen Krisis. Dalam sambutannya, Fadjar Hutomo menyampaikan bahwa fenomena embun es yang terjadi pada waktu terbatas di musim kemarau bisa mengakibatkan lonjakan wisatasan yang signifikan pada periode-periode tertentu. "Pariwisata di indonesia utamanya memang keindahan yang dijual, tapi itu saja tidak cukup, pariwisata tidak hanya tentang keindahan tapi juga tentang keamanan" imbuhnya.

Sementara itu PJ.Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto dalam sambutannya yang diwakilkan oleh Kepala Baperlitbang, Yusuf Agung Prabowo menyampaikan, kawasan Dataran Tinggi Dieng dianugerahi potensi alam yang melimpah. Jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Kawasan dataran tinggi Dieng telah ditetapkan sebagai warisan geologi atau geoheritage di tahun 2022 oleh Kementerian ESDM. Kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam proses pengusulan menjadi kawasan geopark nasional. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berupaya mengembangkan potensi wisata. "Pemanfaatan informasi dan layanan BMKG perlu dimaksimalkan untuk mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng secara berkelanjutan" jelasnya.

Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Rahmat Triyono menyampaikan, pelaksanaan seminar ini bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Pemda Banjarnegara serta Dinas Pariwisata Dieng. Informasi terkait kemunculan fenomena embun es dapat dimanfaatkan oleh sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Banjarnegara dan sekitarnya.

Tujuannya mempromosikan daya tarik wisata embun es (frost) di Dieng dengan layanan informasi cuaca/iklim pada sektor Pariwisata dalam mendukung peningkatan kunjungan wisata. "Tujuan lainnya memaksimalkan pemanfaatan informasi dan layanan BMKG guna mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng yang berkelanjutan" tutup Rahmat.

Rangkaian acara seminar juga diisi dengan site visit dan pertemuan dengan komunitas pariwisata di Candi Arjuna Dieng, untuk melakukan diskusi lebih lanjut terkait fenomena frost dengan potensi peningkatan pariwisata di Dieng. Harapannya melalui seminar ini, ahli meteorologi dan klimatologi, perwakilan pemerintah daerah terkait, pemerhati lingkungan, masyarakat setempat, serta media massa terkait peristiwa cuaca, bersama-sama mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng yang berkelanjutan.

Sehingga diharapkan mampu memaksimalkan pemberdayaan masyarakat lokal, pembangunan infrastruktur pariwisata yang ramah lingkungan, dan edukasi terkait pentingnya pelestarian lingkungan Dieng.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024