Lompatan Inovasi BMKG Menuju Safety Improvement di Papua

  • Murni Kemala Dewi
  • 06 Apr 2018
Lompatan Inovasi BMKG Menuju Safety Improvement di Papua

Papua, 3 April 2018 / Membuka Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di Balai Besar MKG Wilayah V (BBMKG Wilayah V), Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D mengingatkan seluruh peserta Rakorwil agar dalam penyusunan program prioritas pada Rakorwil kali ini untuk dapat fokus pada 2 hal :

  1. Pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman
  2. Pemantapan ketahanan energi, pangan dan sumber daya lain

Disampaikan oleh Kepala BMKG kedua fokus tersebut sangat penting dalam mendukung prioritas nasional. Sejalan dengan program prioritas tersebut, safety improvement di Papua merupakan bagian dalam mendukung Nawacita pemerintah saat ini yang mengamanatkan pembangunan dari pinggiran dan daerah perbatasan, terutama du kawasan timur Indonesia melalui lompatan inovasi layanan meteorologi, klimatologi dan geofisika.

Kepala BMKG juga menyampaikan sesuai dengan rencana induk BMKG 2015-2045, dapat diketahui bahwa periode renstra (rencana strategis) yaitu dari tahun 2015 hingga 2019, merupakan tahapan penuntasan pondasi mordenisasi layanan MKG. BMKG menyadari bahwa saat ini sedang berada di era destruptive innovation. Yang mana BMKG harus menghadapi inovasi-inovasi yang berpotensi menjadi pesaing/ancaman bagi BMKG, yang memiliki dan didukung dengan latar penggunaan teknologi tinggi yang mumpuni. Dengan teknologi tinggi tersebut, para pesaing BMKG ini sanggup untuk mining data dari berbagai sumber, sebelum kemudian diolah dan dikemas dengan menarik untuk 'dijual' pada masyarakat.

Oleh karena itu, Kepala BMKG menyampaikan bahwa mau tidak mau BMKG harus berubah jika ingin tetap menjadi leading point dalam penyampaian informasi MKG pada masyarakat. Dalam waktu dekat, BMKG diharapkan mampu mengolah data-data dan informasi MKG dengan lebih menarik, inovatif dan juga berbasis teknologi tinggi. Dengan quick win berupa inovasi big data dan artificial intelligent serta usaha BMKG untuk membangun Badan Layanan Usaha (BLU) BMKG, diharapkan BMKG tetap bisa berdiri kokoh menghadapi pesaing-pesaing yang ada. Kepala BMKG juga berharap masing-masing Balai Besar Wilayah MKG juga mempersiapkan quick win mereka masing-masing yang tetap mengarah pada quick win BMKG Pusat.

"Saya berharap BMKG bisa segera melompatkan layanan BMKG dengan menuntaskan digitalisasi dan otomatisasi" ucap Kepala BMKG dihadapan 48 peserta Rakorwil yang merupakan Kepala UPT BMKG BBMKG Wilayah V serta dari kantor BBMKG Wilayah V. "Dan untuk meningkatkan safety penerbangan di Papua, tahun ini BMKG akan memasang tambahan AWOS di beberapa bandara Papua" tambah Kepala BMKG.

Rakorwil 2018 yang diadakan di 5 Balai Besar BMKG di seluruh Indonesia, mengangkat tema " Lompatan Layanan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Daerah Untuk Mendukung Konektivitas, Kemaritiman dan Keselamatan Infrastruktur". Berdasarkan laporan dari Kepala BBMKG Wilayah V, Petrus Demon Sili, S.IP, M.Si, Rakorwil BBMKG Wilayah 5 akan diadakan di Hotel Aston Jayapura dari tanggal 4 hingga 6 April 2018. Turut hadir mendampingi Kepala BMKG, Deputi Bidang Geofisika, Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng beserta Kepala Biro Perencanaan BMKG, Drs. Nasrullah.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024