Lomba Infografis dan Seminar Ilmiah di Balai Besar MKG Wilayah III Meriahkan Peringatan HMD Ke 69 Tahun

  • Rozar Putratama
  • 26 Mar 2019
Lomba Infografis dan Seminar Ilmiah di Balai Besar MKG Wilayah III Meriahkan Peringatan HMD Ke 69 Tahun

UPT BMKG Provinsi Bali dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke 69 tahun 2019 yang bertema "Matahari, Cuaca dan Matahari untuk Keselamatan dan Kesejahteraan" menyelenggarakan kegiatan antara lain: Lomba Membuat Infografis, Seminar Ilmiah, dan Upacara Bendera yang diselenggarakan tanggal 26 Maret 2019 pagi di halaman kantor Balai Besar MKG Wilayah III .Penyelenggaraan kegiatan ini bertujuan untuk memupuk semangat persaudaraan antara sesama pegawai BMKG, mendekatkan BMKG dengan masyarakat, meningkatkan pengetahuan melalui penelitian yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi pegawai BMKG serta menghasilkan kegiatan yang kekinian, baru, tetapi tetap mengedepankan aspek ilmiah.

Lomba Membuat Infografis dilaksanakan sejak tanggal 05 Pebruari 2019 hingga 20 Maret 2019 dengan melibatkan masyarakat umum sebagai peserta. Materi infografis menggambarkan kondisi, kegiatan, dan geliat kehidupan yang terkait dengan judul sesuai dengan tema World Meteorological Organization tahun 2019, yaitu: The Sun, the Earth and the Weather. Dalam lomba ini para peserta dituntut kreatif dan inovatif menampilkan berbagai aspek terkait cuaca/iklim dalam sebuah karya yang tidak hanya memiliki nilai artistik tetapi juga merefleksikan hal terkait dengan cuaca/iklim dari berbagai sudut pandang. Sehingga membuat aspek cuaca menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami.

Untuk kegiatan upacara bendera yang dilaksanakan pada Selasa pagi tanggal 26 Maret 2019, bertindak sebagai inspektur upacara Kepala BBMKG Wilayah III, Drs. M Taufik Gunawan, Dipl. SEIS. membacakan sambutan Kepala BMKG, bahwa BMKG ingin terus mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam kegiatan upacara tersebut, Kepala BBMKG Wilayah III menyerahkan penghargaan kepada para pemenang Lomba Membuat Infografis, yaitu: Ni Putu Dhea Pramesti sebagai juara I dengan judul "Cuaca Terik Panas Tapi Tiba-Tiba Hujan". Tampil sebagai Juara II adalah Ni Putu Septiana dengan judul "Dampak Gerak Semu Matahari Terhadap Cuaca Di Bali". Juara III diraih oleh Made Suparsana dengan judul Mengenal "El Nino" Dan Dampakanya Di Indonesia. Sedangkan juara pilihan warga net adalah Luh Putu Septa Arisna Dewi dengan judul: Dampak Hari Raya Nyepi Terhadap Kualitas Udara Di Bali.

Seusai upacara, Kepala BBMKG Wilayah III berfoto bersama dengan para juara dengan latar belakang 10 besar infografis terbaik, yang dilanjutkan dengan membuka Seminar Ilmiah yang diikuti oleh enam narasumber dan dihadiri oleh peserta dari UPT BMKG se Provinsi Bali. Dalam sambutannya beliau berpesan agar seminar ilmiah ini senantiasa dilaksanakan setiap tahun untuk meningkatkan pengetahuan pegawai BMKG. Tak lupa dalam seminar tersebut juga terdapat sesi tanya jawab antara narasumber dan peserta. Seminar ilmiah sehari tersebut ditutup oleh Ketua Pengurus Unit Korpri BMKG Provinsi Bali disertai ucapan syukur karena rangkaian kegiatan HMD ke 69 berlangsung dengan lancar.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024