LIPI-BMKG Adakan Seminar Pelayaran Indonesia Prima 2017

  • Dwi Rini
  • 13 Mar 2017
LIPI-BMKG Adakan Seminar Pelayaran Indonesia Prima 2017

Sabang (9/3). Seperti yang dikatakan Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng saat launching Ekspedisi Indonesia Prima 2017 di Dermaga Barat pada 20 Februari lalu bahwa program Ekspedisi Indonesia Prima ini merupakan tindak lanjut kerjasama antara Indonesia - Amerika yang sudah berjalan 3 tahun dalam Sains dan Teknologi Kelautan.

Tujuan dari kegiatan yang dilakukan selama satu bulan ini adalah untuk melakukan perawatan dan pembaruan buoy/mooring laut ATLAS dan melakukan pengamatan parameter cuaca/iklim di sekitar Samudera Hindia di sepanjang jalur pelayaran, antara lain: pengukuran profil atmosfir hingga ketinggian puluhan kilometer, perubahan cuaca setiap jamnya, kualitas udara, konsentrasi karbon, komposisi dan sifat fisis laut hingga 7000 meter.

Menyadari akan pentingnya peningkatan pemahaman terkait faktor-faktor iklim, cuaca, dan iklim yang dapat mempengaruhi dinamika atmosfer yang terjadi saat serta pemahaman kita terhadap sektor kemaritiman negara Indonesia di massa depan, maka pada kamis Pagi dilakukan kegiatan Seminar Ekspediasi Indonesia Prima 2017 dan Open Ship KR. Baruna Jaya VIII di Sabang.

Seperti yang diutarakan oleh Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekaysa, dan Jaringan Komunikasi, Drs. Untung Merdijanto, M. Si mewakili Kepala BMKG saat memberikan sambutan mengutarakan bahwa hal yang membedakan antara pelayaran tahun 2017 ini dengan pelayaran sebelumnya adalah, selain melakukan perawatan buoy RAM, tim penelitian BMKG dan LIPI pun melakukan beberapa kegiatan pengamatan atmosfer dan laut guna mendapatkan data instusi yang melengkapi data RAMA buoy, yang akan digunakan untuk mengkaji fenomena cuaca dan oseo-hydro Samudera Hindia.

"Pada kegiatan pelayaran Indonesia Prima BMKG akan mengamati cuaca dan perubahannya setiap jam sepanjang jalur pelayaran yang akan dicatat dalam kegiatan pengamatan synoptik di atas kapal, melepas balon udara bersensor meteorologi untuk mendapatkan profil atmosfer dari permukaan hingga ketinggian puluhan kilometer, termasuk kualitas udara dan konsentrasi karbondioksida atmosfer di beberapa titik di atas Samudera Hindia,"ujar Untung.

Untung menambahkan pada kegiatan ini pun, BMKG bersama LIPI melakukan penelitian gravitasi dan pemetaan dasar laut, terutama untuk mengkaji sesar baru yang terjadi pada gempa Piddie, 7 Desember 2016 lalu.

Keterlibatan Tim BMKG pada kegiatan pelayaran Indonesia Prima untuk mendukung kegiatan observasi laut dan ketersediaan data kontinyu sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan informasi cuaca serta oseanografi sehingga dapat meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan iklim, serta informasi maritim.

Sementara Gubernur Aceh, yang dalam hal ini diwakili Staff Ahli Bidang Ekonomi Keuangan, Drs. Muhamad, MM saat membuka acara pada kegiatan workshop pagi itu mengutarakan bahwa secara geografis, Pulau Weh yang terletak di Kota Sabang, Samudera Hindia memilki banyak potensi yang dikembangkan pada kawasan ini ,seperti potensi wisata, sumber data kelautan, pengembangan ilmu pengetahuan serta investasi skala internasional dan sebagainya.

Ditengah-tengah memberikan sambutan, Ia menuturkan "Sebaiknya kita belajar dari penelitian disana telah banyak kontribusi untuk memperkaya pengetahuan tentang kelautan ditingkat dunia." Lebih lanjut, Ia berharap semua rahasia lama yang terkandung di wilayah ini dapat terungkap semua melalui sebuah penelitian yang nantinya untuk kepentingan masyarakat.

Muhamad, mengutarakan bahwa pada kegiatan ini dapat memaparkan hasil-hasil ekspedisi yang telah dilakukan LIPI dan BMKG. Sementara Wakill Kepala LIPI, Prof Bambang mengutarakan bahwa fokus dalam observasi iklim dan kelautan member kontribusi yang signifikan dalam mengembangkan pemahaman tentang interaksi antara laut dan atmosfer.

" Kami mempunyai kemitraan yang sangat kuat di bidang keilmuan dengan Indonesia-USAID dalam memberikan ilmu di negara-negara berkembang dalam mengembangkan riset mereka yang bekerjasama dengan ilmuan Amerika,"ujar Bambang. Selanjutnya Ia menambahkan Indonesia berhasil menjadi pemenang grant, 10 diantaranya melakukan riset tentang bencana alam/letusan gunung api/tsunami/cuaca ekstrim.

"LIPI pun pada kegiatan ini jjuga melakukan open ship yang bertujuan untuk memperkenalkan fungsi kapal riset serta peralatan penelitian. Open ship ini diikuti 1000 siswa SMP dan SMA di kota sabang, tetapi kegiatan ini juga terbuka untuk umum, "ujar Bambang.

Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara LIPI dengan Pemerintah Aceh tentang penelitian, pengembangan pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun narasumber pada kegiatan workshop itu menghadirkan beberapa narasumber ini, Siswanto, M. Sc, Peneliti BMKG; Sri Puji Rahayu, S.Si, M. Si, Kepala Bidang Manajemen Meteorologi Maritim BMKG; dan Andri Ramdhani, S. Kom, M. Si, Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Meteorologi Maritim.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024