Latihan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam di Biak

  • Hatif Thirafi
  • 27 Feb 2019
Latihan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam di Biak

Dalam rangka Tugas dan Fungsi BMKG yaitu "Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan geofisika", maka Stasiun Meteorologi Biak pada tanggal 27 Februari 2019 ikut mendukung dan berperan aktif dalam acara "Latihan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam" yang diprakarsai oleh Komando Operasi III TNI-AU wilayah Biak.
Penyelengaraan latihan ini didasarkan atas Tugas Pokok TNI yang tertera dalam UU No 34 tahun 2004, yang disebutkan selain melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) terdapat juga tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP), yaitu untuk "Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan" serta berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Sprin/64/I/2019 tentang Perencanaan dan Penyelengaraan Latihan Penanggulangan Bencana Alam TA-2019.

Latihan diadakan di Lapangan Bandara Angkasa Pura I Biak dengan diikuti oleh seluruh jajaran TNI, Polri, Basarnas, BPBD, BMKG, serta instansi terkait lainnya. Pelatihan penanggulangan bencana alam dibuka oleh Pangkoopsau III Marsekal Pertama TNI Tamsil Gustari Malik dan dalam sambutannya beliu menjelaskan tujuan digelarnya latihan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan operasional dalam penangulangan dan mitigasi bencana alam serta bertujuan untuk menguji Rencana Tindakan Kontijensi (Rentinkon) dan Rencana Operasi (RO) satuan dalam perbantuan TNI kepada Pemda dalam rangka penanggulangan bencana.

Rangkaian latihan terpadu diawali dengan Pembekalan peserta latihan terkait bencana alam gempa bumi dan tsunami oleh BMKG, BPBD dan Basarnas sesuai tupoksi masing-masing, diharapkan para peserta mempunyai pengetahuan tentang kebencanaan. Kemudian pada sesi berikutnya diadakan simulasi penanggulangan bencana alam dengan skenario terjadi gempa bumi dahsyat dengan magnitude 8.5 SR selama 5 menit 30 detik dan disertai potensi tsunami pada pukul 07.30 WIT berlokasi di koordinat 5.20 LS dan 90.50 BT diantara pulau Biak dan Pulau Serui dengan epicentrum gempa berada pada 25 km sebelah selatan Pulau Biak. Kemudian informasi ini disampaikan oleh BMKG kepada BPBD Biak dan diteruskan kepada Bupati Biak untuk diambil langkah-langkah penting selanjutnya.

Dalam simulasi latihan ini di peragakan kekacauan yang terjadi disertai proses penyelamatan korban dari Tim SAR, TNI-POLRI dan Masyarakat. Mobilitas penyelamatan dilakukan dengan kendaraan ambulan, mobil pemadam kebakaran, mobil angkut TNI-POLRI serta helikopter milik TNI-AU. Ikut diperagakan pula adegan kebakaran pada area Bandara dan proses landing darurat dari pesawat angkut bantuan dengan mobile ATC milik TNI-AU.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024