Kunjungan Tim Kalibrasi Peralatan Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Dalam Rangka Interkomparasi Peralatan Radiasi Matahari

  • Petugas Web
  • 22 Apr 2016
Kunjungan Tim Kalibrasi Peralatan Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Dalam Rangka Interkomparasi Peralatan Radiasi Matahari

Ketertelusuran peralatan radiasi matahari BMKG ke WMO RRC-V Melbourne Laboratorium kalibrasi BMKG berdasarkan dokumen WMO Note No.8 sebagai National Radiation Center (NRC - WMO) diamanatkan untuk selalu menjaga Ketertelusuran peralatan radiasi matahari ke standard yang lebih tinggi dan pada bulan April tahun 2016 ini telah dilaksanakan komparasi ke Regional Radiation Center (RRC - WMO) Region V Melbourne, Australia. Ketertelusuran peralatan Radiasi matahari tersebut juga untuk memenuhi persyaratan teknis dokumen SNI ISO/IEC-17025:2008 dalam rangka jaminan mutu hasil kalibrasi dalam ruang lingkup radiasi matahari. Kegiatan Interkomparasi dilaksanakan di BMTC Glenlitta Avenue, Broad Meadows BoM Australia. Saat ini Peralatan BMKG masih menggunakan sensor pyranometer untuk kegiatan interkomparasi dan pada tahun mendatang diusahakan untuk menggunakan standard yang lebih tinggi yaitu menggunakan peralatan Pyrheliometer. Kunjungan interkomparasi peralatan Radiasi Matahari ke RRC-WMO Region V Melbourne disambut dengan baik oleh jajaran eksekutif Bureau of Meteorology diantaranya DR. Sue Barrel dan DR. Alan Seed sebagai Deputy director observation and infrastructure, sedangkan dalam proses interkomparasi didampingi oleh DR. Karl Monnik sebagai superintendent of science & engineering section, DR. Doug body sebagai supervisor of in-situ measurement, DR. Jane Warne sebagai supervisor of marine in-situ measurement, DR. John Gorman sebagai supervisor of standards and metrology group, serta Michell Milner & DR. Ian Dollery sebagai senior scientist standard and metrology group. Dalam mendukung Climate Change peralatan radiasi matahari yang berada dalam jaringan BMKG harus selalu dilakukan kalibrasi dengan peralatan standard yang sudah tertelusur tersebut. Peralatan Radiasi matahari yang terpasang di dalam jaringan BMKG saat ini masih kurang lengkap, dilihat dari parameter radiasi yang diamati dan apabila merujuk ke stasiun radiasi matahari yang ada di BoM diperlukan sensor pyrheliometer (direct), pyrgeometer (long wave radiation), global pyranometer, diffuse pyranometer dan dilengkapi dengan trackernya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024