Kolaborasi Sekolah Lapang Iklim Kakao Sabang dengan Duek Pakat Kakao Sabang ke-X Provinsi Aceh

  • Rozar Putratama
  • 04 Sep 2023
Kolaborasi Sekolah Lapang Iklim Kakao Sabang dengan Duek Pakat Kakao Sabang ke-X Provinsi Aceh

Kota Sabang - Masih dalam rangkaian Sekolah Lapang Iklim Operasional Kakao Sabang tahun keeempat, Stasiun Klimatologi Aceh berkolaborasi dengan Forum Kakao Aceh dalam acara "Duek Pakat" Kakao Aceh ke-X yang diselenggarakan di Kota Sabang 21-23 Agtustus 2023.

"Duek Pakat" Kakao Aceh merupakan acara rutin Forum Kakao Aceh (FKA) yang diadakan setiap tahun dengan menggandeng para pihak dan stakeholder yang bergerak dibidang kakao untuk musyawarah dan diskusi publik. Acara ini juga merupakan pertemuan anggota FKA dari seluruh Aceh untuk berdikusi mengenai isu-isu terkait kakao yang terjadi di Aceh dan upaya-upaya dalam meningkatkan produksi dan kualitas kakao di provinsi Aceh.

Dalam rangka kolaborasi BMKG dan FKA, Duek Pakat kakao Aceh kali ini turut dihadiri oleh Plt. Deputi Klimatologi yakni Bapak Dr. Ardhasena Sopaheluwakan, Kepala BBMKG Wilayah I Medan, dan Kepala UPT BMKG se-Provinsi Aceh. Selain itu, sebanyak 30 orang peserta Sekolah Lapang Iklim Kakao Sabang tahun keempat juga tutut hadir mengikuti serangkaian acara.

Turut hadir pula Plt. Walikota Sabang Ketua DPRK Kota Sabang, Kepala Distanbun Aceh, Kepala Distanpangan Kota Sabang, Sekda Kota Sabang, dan Ketua Forum Kakao Aceh serta para penyuluh dan praktisi kakao di Provinsi Aceh. Dalam membuka acara, Plt Kota Sabang memberikan arahan bahwa kakao di Aceh tak hanya digunakan sebagai produk oleh-oleh, kebun kakao juga bisa dijadikan destinasi agrowisata dan menciptakan pengalaman bagi pegiat wisata atau turis yang mengunjungi Kota Sabang. Selain itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh mengatakan saat ini terdapat 1.834.000 orang bermata pencarian di sektor perkebunan, dan 97.000 lebih diantaranya petani kakao.

Menanggapai hal itu, dalam sambutannya Plt Deputi Klimatologi mengatakan bahwa BMKG selalu bertekad untuk memberikan informasi perubahan iklim kepada petani melalui sekolah iklim sehingga hasil panen mereka nantinya juga baik. Selain itu, Beliau juga menghimbau agar petani aktif dalam memahami cuaca dan iklim, sebab aktivitas pertanian khususnya kakao sangat erat kaitannya dengan cuaca dan iklim, dan permasalahan ini mencuri perhatian masyarakat karena perubahaan iklim terus terjadi terutama pada tahun ini.

Pada acara puncak, para undangan secara simbolis menanam tanaman kakao dan mengunjungi pameran kakao. Stasiun Klimatologi Aceh turut memberikan konstribusi dalam pameran ini dengan menampilkan berbagai alat ukur cuaca, sehingga memberikan gambaran mengenai alat-alat yang digunakan dalam mengukur cuaca dan iklim, selain itu diberikan pula pameran poster rekam jejak SLI Kakao di Sabang yang sudah berjalan sejak tahun 2020. Dalam pameran ini, para undangan dan peserta berkesempatan melihat demo singkat proses pembuatan produk olahan dari biji kakao oleh salah satu Rumah Produksi Coklat Sabang dan menikmati berbagai produk olahan kakao.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024