Kerjasama Riset BMKG dan Universitas Jember Demi Indonesia 4.0

  • Murni Kemala Dewi
  • 12 Mei 2018
Kerjasama Riset BMKG dan Universitas Jember Demi Indonesia 4.0

Jember, 11 Mei 2018 / Pemerintah saat ini sedang mengusung Indonesia 4.0 dengan memusatkan pada peningkatan big data analytic dan artificial intelligent. Untuk mendukung program pemerintah, BMKG hadir melalui lompatan inovasi 4.0 BMKG dengan cara berusaha meningkatkan teknologi BMKG yang berdasarkan pada big data analytic, internet of thinks dan artificial intelligent dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan gudang generasi now yang banyak melahirkan inovasi-inovasi baru yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat. Oleh karena itu, BMKG berusaha meningkatkan kerjasama dengan berbagai universitas di seluruh Indonesia, salah satunya Universitas Jember.

Tujuan diadakannya kerjasama antara BMKG dan Universitas Jember adalah untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada, baik di BMKG maupun di Universitas Jember dalam pemanfaatan sarana dan prasarana, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan formal, penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) dan juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta melalui pengabdian masyarakat.

"Sinergi penta-helix antara perguruan tinggi, pemerintah, komunitas, bisnis dan filantropi (orang-orang yang mengalokasikan dana melalui foundation yang diaplikasikan untuk pendidikan dan riset) sangat dibutuhkan demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan tangguh melalui inovasi-inovasi yang tercipta dari kerjasama tersebut. Perguruan tinggi memiliki banyak peneliti, namun kesulitan dalam mendapatkan data. Sementara BMKG memiliki data namun masih kekurangan SDM dalam melakukan riset. Oleh karena itu BMKG berusaha menggalakkan kerjasama untuk bisa mensinergikan hal ini" ucap Kepala BMKG, Prof.Ir.Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D pada saat menandatangani nota kesepahaman tentang pemanfaatan sarana dan prasarana, pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.

Pengembangan big data analytic, internet of thinks dan artificial intelligent melalui jalur riset dan kerjasama memang sangat dibutuhkan untuk mengolah algorithma-alghoritma yang nantinya bisa menghitung dan memprediksi dengan lebih akurat dan cepat, terutama terkait keadaan cuaca ekstrim atau gempabumi. Selain itu Kepala BMKG juga menyatakan bahwa saat ini dibutuhkan pengembangan crowdsourcing dengan memanfaatkan mobile phone sebagai sensor dalam mendeteksi gempabumi dan menambah informasi terkait cuaca dan iklim serta kualitas udara. Semua ini merupakan peluang-peluang riset yang sangat berguna bagi mahasiswa dan para peneliti. Karena riset terkait big data analytic, internet of thinks, artificial intelligent serta crowdsourcing berguna untuk menyempitkan gap / jarak yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara itu Rektor Universitas Jember, Muhammad Hasan Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa akhir-akhir ini masyarakat semakin menyadari bahwa situasi climate change yang bukanlah fiksi. Oleh karena itu dengan adanya kerjasama, akan sangat berperan penting sebagai sebuah langkah antisipatif dalam menghadapi dampak dari climate change hingga masyarakat Indonesia bisa selalu siap sedia. Dengan adanya penelitian bersama maka akan menghasilkan informasi atau modelling-modelling yang inovatif akan diperhitungkan oleh semua pihak.

Terkait pengabdian kepada masyarakat, BMKG mengajak Universitas Jember untuk ikut bergabung dalam Sekolah Lapang Iklim yang bisa diperuntukan bagi mahasiswa-mahasiswa yang melaksanakan KKN. Mahasiswa bisa melakukan riset dalam Sekolah Lapang Iklim untuk menciptakan varietas-varietas baru dan melakukan penelitian-penelitan yang nantinya tentu sangat berguna bagi petani Indonesia.

Selain melakukan penandatangan nota kesepahaman, Kepala BMKG juga diundang oleh Universitas Jember untuk menjadi narasumber dalam kuliah umum yang mengangkat tema "Tantangan dan Peluang Riset Perubahan Iklim dan ISO 22327".

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024