Kerja Kreatif dan Inovatif, Pertahankan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)

  • Olga Dyah Nareswari
  • 17 Jan 2019
Kerja Kreatif dan Inovatif, Pertahankan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)

Yogyakarta, (14/01). Kota Yogyakarta merupakan kota pertama diadakannya kegiatan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II Tahun 2018 Balai Wilayah II BMKG. Tahun ini kegiatan Rekonsiliasi mengangkat tema "Kerja Kreatif dan Inovatif Penyusunan Laporan Keuangan Guna Mempertahankan Opini WTP". Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini (14-17 Januari 2019), dilaksanakan di Hotel The Rich Yogyakarta yang diikuti oleh 206 peserta dari seluruh UPT di lingkungan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan, Satker STMKG, Satker Mandiri Pusat ( Sekretariat Utama, Puslitbang, Pusdiklat dan Inspektorat ), Pejabat Strutural, Panitia pendukung dari Balai Besar MKG Wilayah II, Pejabat Eselon I, II, III, Tim Supervisi dari Kantor Pusat BMKG dan Kementrian Keuangan.

Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Joko Siswanto, S. Sos selaku ketua penyelengara mengatakan tujuan dilaksanakan Rekonsiliasi adalah sebagai tindak lanjut implementasi Undang-Undang Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 yang tertib dan Akuntabel dan koordinasi penyusunan laporan keuangan semester II Tahun Anggaran 2018 ditingkat satker maupun Wilayah dilingkungan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan.

Lebih lanjut Joko mengutarakan, melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kehandalan Laporan Keuangan yang transparan dan akuntabel serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai Undang-Undang Keuangan Negara dengan standart tertinggi.

Hadir Pada acara Rekonsiliasi KBMKG Dr. Prof. Dwikorita Karnawati beserta Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi, Dr. Widada Sulistya, DEA. Disela-sela memberikan arahan, Dwikorita menekankan Tsunami di Selat Sunda masih berpotensi terjadi dengan sumber yang berasal dari kompleks Gunung Anak Krakatau Zona Graben Selat Sunda dan dapat berasal dari Zona Megathrust.

"Untuk antisipasi dan mitigasi perlu adanya Sinergi Pentahelix, para akademis (pakar), kalangan bisnis, community dan pemerintah guna mendukung dan menguatkan upaya pengurangan risiko bencana," ujar Dwikorita.

Diharapkan lanjutnya, para UPT BMKG dapat terus menguatkan sinergi dengan masyarakat tingkat desa, RT/RW dalam melakukan edukasi tsunami secara berkala dan berkesinambungan, sehingga masyarakat bisa siap mengahdapi bencana.

Sementara Widada mengharapkan perlu adanya sinergisitas antar semua pihak untuk meningkatkan kehandalan Laporan Keuangan yang transparan dan akuntabel. Sehingga tahun ini kita dapat memperoleh dan mempertahankan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024