Kepala BMKG Serahkan DIPA dan Kertas Kerja Satker Tahun 2021

  • Ibrahim
  • 29 Nov 2020
Kepala BMKG Serahkan DIPA dan Kertas Kerja Satker Tahun 2021

Jakarta - Sabtu (28/11) Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyerahkan secara resmi Dokumen/petikan POK TA 2021 yaitu Program Kerja dan Anggaran tahun 2021 untuk dijalankan kepada Sekretaris Utama BMKG, Deputi Bidang Meteorologi, Deputi Bidang Klimatologi, Deputi Bidang Geofisika, Deputi Bidang Inskalrekjarkom, Inspektur, Kapusdiklat, Kapuslitbang, Ketua STMKG dan 5 Kepala Balai Wilayah I s/d V serta 34 UPT Koordinator Provinsi.

Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan secara virtual dengan mengedapankan protokol kesehatan dan juga diikuti segenap pejabat Eselon II dilingkungan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Dalam sambutannya, Dwikorita menyampaikan penghargaan yang setinggi-tinginya dan ucapan terima kasih atas kerja keras kepada seluruh unsur di BMKG yang melaksanakan tugas pembangunan BMKG 2020 di penghujung Tahun 2020.

"Sesuai arahan Presiden, diminta kepada seluruh menteri, pimpinan K/L, lakukan lelang sedini mungkin di Desember ini agar kontrak bisa dilakukan di bulan Januari sehingga dapat menggerakkan ekonomi di kuartal I Tahun 2021. Artinya Januari sudah ada pergerakan karena lelangnya sudah dilakukan setelah DIPA diserahkan, Oleh karena itu APBN 2021 harus segera dimanfaatkan, dibelanjakan untuk menggerakkan ekonomi kita," papar Dwikorita.

Selanjutnya, Dwikorita meminta untuk memperepat pelaksanaan kegiatan sesuai dengan arahan Presiden, dengan Pendekatan Penganggaran Money Follow Program Prioritas, baik di pusat maupun di daerah.

Menutup arahannya, Dwikorita memberikan instruksi untuk:

  1. Agar segera mempelajari DIPA dan Kertas Kerja Satker masing-masing secara cermat,
  2. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang segera dapat dilaksanakan dan melakukan penyesuaian bilamana ditemukan kegiatan yang perlu dilakukan revisi dalam rangka percepatan proses kegiatan dengan menerapkan fungsi kehati-hatian dan berpedoman pada ketentuan perundangan yang berlaku dan menuangkannya dalam Laporan Kesiapan,
  3. Unit kerja pengusul agar melakukan penyusunan spesfikasi teknis dan disampaikan kepada PPK,
  4. Para Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menginstruksikan kepada PPK agar segera menyiapkan proses pelelangan,
  5. Seluruh PPK harus mengidentifikasi Paket Kegiatan Kontraktual,
  6. ULP agar segera memproses Pengadaan Barng dan Jasa sesuai Perpres Nomor 16 Tahun 2018.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024