Kepala BMKG Hadiri RDP Komisi V DPR-RI, Evaluasi Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2021 dan Membahas Antisipasi Perubahan Iklim dan Tanggap Darurat

  • Rozar Putratama
  • 22 Mar 2022
Kepala BMKG Hadiri RDP Komisi V DPR-RI, Evaluasi Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2021 dan Membahas Antisipasi Perubahan Iklim dan Tanggap Darurat

JAKARTA (21 Maret 2022) - Komisi V DPR-RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait evaluasi Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2021 dan Membahas isu-isu Bidang Basarnas dan BMKG antisipasi perubahan iklim dan tanggap darurat yang berlangsung di gedung DPR RI Jakarta.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati turut serta dalam RDP ini bersama dengan Kepala BNPP (BASARNAS).

Dalam kesempatan ini Dwikorita memaparkan perihal hasil pemeriksaan BPK RI semester I tahun 2021 dan antisipasi perubahan iklim dan tanggap darurat.

Berkaitan dengan hasil pemeriksaan BPK RI semester I tahun 2021 Dwikorita menjelaskan secara rinci bahwa, "Dari Hasil Pemeriksaan dan Monitoring BPK Semester I Tahun 2021 sebanyak 18 LHP dengan 190 temuan senilai Rp 157.302.601.274,67 dan terdiri atas 394 rekomendasi senilai Rp 136.685.966.785,50 telah dilakukan tindak lanjut oleh BMKG sampai dengan Februari 2022 sebagai berikut: 385 Rekomendasi senilai Rp. 127.700.341.575,50 telah tuntas dan 9 Rekomendasi senilai Rp 8.985.625.210,00 dalam proses"

Selain itu, Dwikorita menjelaskan antisipasi perubahan iklim dan tanggap darurat bahwa "letak geografis Indonesia yang berada di dua samudera besar serta dua benua serta berada pada garis katulistiwa mengakibatkan fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dinamis. Perubahan iklim di Indonesia berdampak pada peningkatan kompleksitas fenomena iklim dan cuaca, intensitas kejadian ekstrem, durasi proses ekstrem dan ketidakpastian kejadian ekstrem. Dalam hal ini, BMKG membuat strategi pengelolaan antisipasi secara teknis, non teknis dan legal. serta membuat strategi pengelolaan resiko dan ketidakpastian dari cuaca dan iklim dengan meningkatkan teknologi di BMKG seperti, peningkatan radar, satelit dan berbagai instrument selalu terupdate.

Komisi V DPR-RI memberikan apresiasi kepada BMKG dan BNPP (Basarnas) atas pencapaian opini "Wajar Tanpa Pengecualian" (WTP) pada hasil pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2021. Kemudian Komisi V DPR RI meminta BMKG untuk meningkatkan pengawasan atas perubahan iklim global, cuaca ekstrem, gempa, pontensi tsunami dan pasang surut air laut kepada masyarakat.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024