Kepala BMKG Hadiri Rakor Mitigasi Bencana Gempa bumi dan Tsunami di Padang

  • Judith Marris
  • 28 Jan 2019
Kepala BMKG Hadiri Rakor Mitigasi Bencana Gempa bumi dan Tsunami di Padang

Padang, 24 Januari 2019 - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Prof. Dwikorita Karnawati, M.Sc, P.hD menghadiri kegiatan Rapat Koordinasi Pembahasan Kesiapsiagaan Penanganan dan Mitigasi Bemcana Kemaritiman (Gempa Bumi dan Tsunami) di Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini digagas oleh Gubernur Sumatera Barat dengan menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Kepala BMKG, Sekretaris utama BNPB, Wakil Gubernur Sumbar, Ketua DPRD, Pakar bidang gempabumi dan mitigasi dari ITB, LIPI.

Kepala BMKG pada kesempatan ini didampingi oleh Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami, beserta Kepala UPT BMKG di wilayah Sumatera Barat. Dalam sambuatannya Gubernur Sumbar menyampaikan bahwa wilayah Sumatera Barat merupakan wilayah yg sangat rawan terhadap kejadian bencana seperti banjir, tanah longsor, gempabumi, tsunami, Letusan Gunung Api, Rob dan lain-lain. Beliau berharap agar pertemuan ini para narasumber dapat menghasilkan sebuah rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan terhadap bencana.

Sebagai narasumber Kepala BMKG menyampaikan bahwa BMKG telah berperan aktif dalam mendukung pengurangan resiko bencana khususnya di wilayah Provinsi Sumbar. Saat ini sudah ada 5 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berperan di dalam menyampaikan informasi MKKuG. Untuk tahun 2019 BMKG berencana akan menempatkan 50 unit EEWS (Earthquake Early Warning System) yang akan ditempatkan 10 unit di sekitar Kepulauan Mentawai yg

merupakan jalur megathrust dan 40 unit di Wilayah kabupaten pesisir Sumatera Barat seperti di Pesisir Selatan, Padang, Pariaman, Padang Pariaman, Agam dan Pasaman Barat. Diharapkan penempatan EEWS ini dapat meningkatkan dan mendukung upaya kesiapsiagaan. Namun Kepala BMKG menyebutkan bahwa pembangunan EEWS tidak berarti jika tidak didukung oleh perubahan mindset dan kultur dari pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. Perlu dilakukan upaya sosialisasi dan edukasi yg masif dalam membangun kesiapsiagaan terhadap bencana khususnya di wilayah Sumatera Barat.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan kegiatan diskusi yang melibatkan seluruh Kementrian/Lembaga, Perguruan Tinggi, Tokoh masyarakat, Dunia Usaha dan Media Masa. (credit Koordinator BMKG Sumbar)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024