Kepala BMKG Hadiri Rakernas BNPB 2018 di Bali

  • Ayu Isrianti Putri
  • 23 Feb 2018
Kepala BMKG Hadiri Rakernas BNPB 2018 di Bali

Bali, 21 Pebruari 2018 - Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, menghadiri Pembukaan dalam Rapat Nasional Penangulangan Bencana Tahun 2018 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Bali yang diikuti sekitar 3000 peserta dari seluruh Indonesia. Rakernas tersebut dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang bertema "BNPB-BPBD Bekerja Untuk Rakyat" berlangsung dari Selasa, 20 Februari 2018 hingga Jumat, 23 Februari 2018. Tema ini merupakan wujud komitmen BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah seluruh Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh serta terhindar dari ancaman potensi risiko bencana.

Kepala BMKG didampingi Deputi Bidang Geofisika Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng beserta Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah Rai, dan turut hadir pula Komisi VIII DPR RI, anggota DPD RI, Menteri Kesehatan, Pangdam Udayana, Duta Besar Selandia Baru, Sekda Provinsi Bali Tjokorda Ngurah Pemayun, Bupati Karangasem IG Ayu Mas Sumatri, dan pejabat lainnya.

Pada hari kedua Rakernas Kepala BMKG memberikan pemaparan kepada seluruh peserta mengenai pentingnya kebijakan dan rencana strategis BMKG terutama dalam upaya memperkuat pengurangan resiko bencana. Dalam paparannya kepala BMKG menjelaskan bahwa hampir 75% infrastruktur industri dasar dan konektivitas di seluruh Indonesia, termasuk prasarana pendukungnya dibangun pada zona rentan/bahaya. Untuk itu perlu melakukan daya adaptasi dan inovasi dibidang teknologi observasi/ pemantauan, teknologi pengolahan data dan teknologi diseminasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat mengenai informasi yang diterima dengan cepat, tepat, akurat, luas jangkauan, atraktif dan mudah dimengerti dan menarik guna menjadikan BMKG yang handal dan terpercaya.

Selain itu Kepala BMKG menyampaikan ucapan terima kasih kepada BNPB dan BPBD seluruh Indonesia atas kerjasamanya yang telah terjalin selama ini dengan baik sehingga informasi yang diberikan BMKG dapat dimanfaatakan dan diteruskna kepada masyarakat.

Usai menghadiri rakernas BNPB Kepala BMKG, Deputi Bidang Geofisika, Kepala Balai Wilayah MKG III Denpasar serta Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah Rai mengujungi sirine TEWS di Tanjung Benoa dan Kantor Balai Besar MKG III Denpasar.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024