Kepala BMKG Buka Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dan Pelatihan Teknis Geofisika

  • Rachmat Hidayat
  • 20 Feb 2019
Kepala BMKG Buka Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dan Pelatihan Teknis Geofisika

Citeko Bogor - Selasa (19/2), Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik di bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika sudah sedemikian pesat, sehingga menuntut BMKG sebagai sebuah organisasi untuk selalu terus mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan kuantitas tenaga operasional untuk mencapai standar internasional dan memiliki daya saing global.

Untuk memastikan diri menjadi Global player Organization tahun 2045, dibuktikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG dengan melaksanakan Pelatihan Teknis Meteorologi Publik (Prakiraan Berbasis Dampak) dan Pelatihan Teknis Geofisika (Mikrozonasi dan Probabilistic Seismic Hazard Analysis /PSHA) di Gedung Serbaguna Citeko Bogor yang dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, MSc. PH.d.

Dua Pelatihan yang diikuti oleh Pegawai BMKG Pusat dan UPT Daerah berjumlah 66 orang diantaranya 2 orang peserta berasal dari Negara Timor Leste, terdiri dari 32 peserta Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dan 34 peserta Pelatihan Teknis Geofisika. Kegiatan Pelatihan diselenggarakan dari tanggal 18 - 24 Februari 2019.

Masing-masing Pelatihan diantaranya Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dengan tujuan agar peserta mampu memahami secara konsep serta menerapkan praktik pembuatan / penyampaian informasi cuaca berbasis dampak dan Pelatihan Teknis Geofisika dengan tujuan agar peserta mampu mengidentifikasi potensi bahaya kegempaan berdasarkan karakteristik tanah setempat, serta handal dalam menilai bahaya kegempaan menggunakan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA).

Dalam sambutan dan arahannya, Kepala BMKG menyampaikan bahwa saat ini, BMKG sedang menyiapkan Rencana Strategis yang akan di terapkan tahun 2020-2024, dengan demikian BMKG harus sudah mampu menjadi Global player Organization (percepatan) yang ditargetkan pada Tahun 2045.

Selain Global Player, Rencana Strategis Tahun 2020-2024 diharapkan BMKG menjadi lembaga yang berkelas dunia dan Socio Entrepreneur Agency yang berfokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia , Penataan organisasi, Layanan informasi yang prima berbasis dampak dan risiko, Infrastruktur peralatan operasional, dan Mewujudkan sistem pengelolaan data MKG yang terintegrasi, sambungnya

Lebih lanjut Kepala BMKG menyampaikan bahwa melalui Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dan Pelatihan Teknis Geofisika dapat berkontribusi dalam melahirkan inovasi-inovasi yang mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam mewujudkan cita-cita BMKG sebagai organisasi yang berpengaruh di dunia internasional.

"para peserta diharapkan, haruslah siap mencari peluang dan membaca resiko dari peluang yang ada agar terbentuk jiwa Socio Entrepreneur dengan ulet dan pantang menyerah memberikan informasi MKG kepada Publik", jelas Kepala BMKG

Untuk mencapai tujuan, Pembelajaran pada kedua Pelatihan ini diterapkan dua agenda terdiri atas Agenda Sosiokultural dan Agenda teknis, yang masing-masing pelatihan seperti Pelatihan Teknis Meteorologi Publik dilaksanakan dengan jumlah 54 jam pelajaran dan Pelatihan Teknis Geofisika dilaksanakan dengan jumlah 50 jam pelajaran.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024