Kasmet Pangkal Pinang sebagai Narasumber dalam Pertemuan Mingguan BP3K Mendo Barat

  • Rozar Putratama
  • 23 Feb 2017
Kasmet Pangkal Pinang sebagai Narasumber dalam Pertemuan Mingguan BP3K Mendo Barat

Mendo Barat, Rabu (22/02/2017) Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Bangka menyelenggarakan kegiatan pertemuan mingguan Balai Penyuluh Pertanian Kabupaten Bangka dan dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Mendo Barat Jalan Pahlawan 12 Petaling Kabupaten Bangka. Dihadiri oleh sekitar 20 Penyuluh Pertanian. Dalam kegiatan tersebut Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang Mohammad Nurhuda, S.T. ditunjuk sebagai narasumber dengan membawakan tema yang telah ditentukan oleh Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Bangka yaitu "Pemanfaatan Data Cuaca/ Iklim untuk Kegiatan Pertanian".

Dalam pemaparannya Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang memberikan pemahaman terkait cuaca dan iklim dalam mendukung sektor pertanian dengan meningkatkan kerjasama dalam hal informasi cuaca dan iklim. Informasinya tersebut bisa didapat melalui Buletin Iklim yang setiap bulannya dikirim ke Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Mendo Barat serta bisa di akses melalui website resmi Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang. Peserta kegiatan sangat antusias memperhatikan dan mendengarkan paparan yang disampaikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang terlihat dari pertanyaan yang disampaikan peserta kegiatan.

Salah satu pertanyaan adalah kenapa curah hujan bisa sangat tinggi dan apa penyebabnya, pada kesempatan tersebut Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya curah hujan di suatu daerah selain dari pengaruh global dan regional juga karena pengaruh lokal seperti suhu udara, penguapan, arah dan kecepatan angin. Kondisi itulah yang cukup berpengaruh terhadap banyak sedikitnya curah hujan disuatu tempat. Peserta juga memberikan saran pada Stasiun Meteorologi Klas I Depati Amir Pangkalpinang untuk lebih intensif memberikan informasi cuaca/ iklim kepada petani. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan para penyuluh pertanian dapat memanfaatkan informasi cuaca dan iklim yang diberikan secara rutin oleh Stasiun Meteorologi klas I Depati Amir Pangkalpinang dan kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama peserta.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024