Kaleidoskop Cuaca, Iklim, Gempa Bumi Stasiun Geofisika Banjarnegara 2017

  • Ayu Isrianti Putri
  • 05 Jan 2018
Kaleidoskop Cuaca, Iklim, Gempa Bumi Stasiun Geofisika Banjarnegara 2017

Banjarnegara, Januari 2017 - Dalam kurun periode dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2017, Stasiun Geofisika Banjarnegara mencatat beberapa hal terkait cuaca, iklim dan kegempaan yang terjadi di wilayah Banjarnegara dan sekitarnya, catatan sebagai berikut :

  1. Gempabumi yang terjadi di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya sebanyak 575 kali gempabumi. Dari 575 kali gempabumi tersebut, 16 gempabumi merupakan gempabumi dengan magnitudo di atas 5 SR. Sedangkan gempabumi dirasakan terdapat sebanyak 30 gempabumi.
  2. Jumlah aktivitas petir yang tercatat sebanyak 330.328 sambaran petir. Jumlah sambaran aktivitas petir tertinggi terjadi pada Maret 2017 yaitu sebanyak 57.592 sambaran dan terendah terjadi pada Agustus 2017 yaitu 142 sambaran.
  3. Cuaca ekstrem yang ditunjukkan dengan curah hujan = 50 mm /hari dan angin kencang = 45 km/jam, terjadi sebanyak 24 kali. Curah hujan maksimum terbesar 124 mm terjadi pada tanggal 8 Oktober 2017. Angin dengan kecepatan 45 km/jam tercatat pada tanggal 26 Mei 2017.
  4. Total curah hujan tahun 2017 adalah 4923 mm dengan curah hujan bulanan tertinggi pada bulan November yaitu 724.2 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu 2.2 mm.
  5. Temperatur udara rata-rata tahun 2017 berkisar 22.6 °C - 24.4 °C. Temperatur Maksimum rata-rata tertinggi pada bulan Desember yaitu 27.9°C, terendah pada bulan Agustus yaitu 25.9°C. Temperatur Minimum rata-rata tertinggi pada bulan Januari 21.6 °C dan terendah pada bulan Agustus yaitu 19.7 °C.
  6. Kelembaban udara rata-rata tahun 2017 adalah 84 %, dengan kelembaban udara rata-rata bulanan tertinggi tercatat pada bulan Oktober yaitu 87 % dan kelembaban udara rata-rata bulanan terendah pada bulan Agustus yaitu 81 %
  7. Kecepatan angin rata-rata tahun 2017 adalah 10.2 km/jam, dengan kecepatan angin rata-rata tertinggi tercatat pada bulan Maret yaitu 11.7 km/jam dan terendah pada bulan Juli yaitu 8.6 km/jam.
  8. Selama tahun 2017 di Stasiun Geofisika Banjarnegara melayani permintaan data sebanyak 12 kali baik oleh instansi maupun perseorangan, baik dalam bentuk data maupun peta.

HIMBAUAN : Mengingat Jawa Tengah sudah memasuki Musim Hujan dan puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada bulan Januari 2018, BMKG menghimbau masyarakat agar :

  • Waspada potensi genangan, banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat terutama di daerah rawan banjir dan longsor terutama di daerah dataran rendah, daerah cekungan, bantaran kali atau sungai, perbukitan, lereng-lereng dan pegunungan.
  • Waspada terhadap potensi hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun papan reklame/baliho tumbang/roboh serta yang berbahaya bagi kapal berukuran kecil
  • Tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat/petir.
  • Waspada peningkatan ketinggian gelombang laut yang > 2.5 meter

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024