Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Buka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Palu Tahun 2021

  • Rachmat Hidayat
  • 25 Mar 2021
Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Buka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Palu Tahun 2021

Palu - Senin (22/3), Kantor Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Sulawesi Tengah sebagai upaya memperingati hari Meterorologi Dunia yang ke-71 dan untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman nelayan terhadap informasi cuaca dan iklim di bidang kelautan bagi para nelayan, petugas penyuluh lapangan perikanan dan instansi-instansi yang bergerak disektor perikanan kelautan. SLCN tahun 2021 ini mengambil tema "Dengan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Masyarakat Tetap Produktif, Sehat dan Selamat serta Beradaptasi terhadap Kondisi Cuaca dan Iklim Di Laut".

Kegiatan SLCN tersebut diselenggarakan dari tanggal 22-24 Maret 2021. Kegiatan pembukaan SLCN dilaksanakan di Gedung Pogombo dan 2 kegiatan selanjutnya dilakukan di Kelurahan Tipo dan Kelurahan Mamboro. Kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta yang merupakan perwakilan dari nelayan, petugas penyuluh lapangan perikanan, dan pejabat pengambil kebijakan dimana keseluruhan peserta berasal dari Kota Palu.

Kegiatan SLCN dihadiri oleh Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo, MT, Kepala Balai Besar Wilayah IV Makassar Badan Meteorologi dan Geofisika Darmawan, S.Si, M.Si,; Kepala Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim, S.Si,; Koordinator BMKG Propinsi Sulawesi Tengah Cahyo Nugroho, SE, S.Si, dan seluruh Kepala UPT BMKG Sulawesi Tengah, Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra Provinsi Sulawesi Tengah Ir. H. Faisal, MM, yang mewakili Bapak Gubernur Sulawesi Tengah sekaligus membuka acara Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Sulawesi Tengah Tahun 2021.

Dalam sambutannya Kepala Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu mengatakan bahwa perlu dilakukan upaya melalui informasi cuaca dan iklim guna mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi serta mewujudkan visi dan misi nawacita tentang kedaulatan pangan dan pengembangan ekonomi maritim. Penyampaian visi misi tersebut diwujudkan dalam kegiatan SLCN BMKG malaui penyuluh-penyuluh bidang perikanan di Indonesia.

Dalam sambutannya Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG mengatakan bahwa bersamaan dengan hari meteorologi dunia ke-71, BMKG siap hadir untuk melayani masyarakat. Melalui SLCN ini BMKG siap mendukung dalam memberikan informasi cuaca dan iklim, dimana kegiatan ini juga mendukung program dari pemerintah daerah khususnya Sulawesi Tengah untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang ada di sekitar pesisir Sulawesi Tengah.

Pada kegiatan SLCN ini para peserta dibekali berbagai pengetahuan terkait informasi cuaca dan iklim maritim yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada penyuluh, petugas dinas dan ketua kelompok nelayan dalam memahami informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga para nelayan dapat mengetahui potensi-potensi yang menguntungkan maupun potensi-potensi kebencanaan yang mungkin terjadi berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim. Pada akhirnya, diharapkan para nelayan lebih peduli terhadap informasi yang dikeluarkan BMKG dan dengan adanya SLCN tersebut para peserta diharapkan dapat menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya selama mengikuti acara ini kepada rekan-rekan mereka, sehingga kedepannya mampu meningkatkan produktivitas, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024