Groundbreaking Gedung InaTEWS Bali: BMKG Perkuat Layanan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

  • Tedy Reynaldy
  • 02 Feb 2024
Groundbreaking Gedung InaTEWS Bali: BMKG Perkuat Layanan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Bali, 02 Februari 2024 - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan rasa syukur atas pembangunan Gedung InaTews sebagai backup command center BMKG pada acara groundbreaking gedung InaTews di Bali. Dalam sambutannya, Kepala BMKG menyampaikan pentingnya kehadiran BMKG dalam memberikan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika di Indonesia.

Dwikorita menambahkan, pembangunan gedung InaTews di Bali merupakan langkah penting guna memastikan keberlanjutan layanan BMKG, terutama dalam menghadapi tantangan terkait cuaca, iklim, dan geofisika di wilayah Indonesia. Nantinya gedung ini akan menjadi backup dari command center pusat dan menjadi tolak ukur lembaga Meteorologi Klimatologi serta Geofisika Internasional dalam menunjukan konsistensi Indonesia menyediakan layanan informasi dan data yang tidak hanya diperuntukan level nasional namun diperuntukan level dunia, dimana command center backup ini akan menjamin kinerja pelayanan BMKG tetap berjalan 24 jam tanpa henti.

Adanya backup command center ini diharapkan, BMKG dapat lebih responsif dalam memberikan informasi juga peringatan dini terkait bencana alam dan kondisi lingkungan. "BMKG memberikan informasi peringatan dini untuk empat hal, peringatan dini cuaca ekstrem, peringatan dini iklim ekstrem, peringatan dini gelombang tinggi, serta peringatan dini tsunami dan semuanya difasilitasi dalam satu gedung ini" ungkap Dwikorita.

Keberadaan BMKG sebagai lembaga yang memberikan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika sangat penting dalam mendukung kegiatan masyarakat, pemerintah, dan sektor bisnis. "Dukungan dari instansi mitra dan pemerintah daerah, seperti yang terlihat dalam acara groundbreaking gedung InaTews, merupakan langkah positif dalam memperkuat peran BMKG dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia" pungkasnya.

Dengan semangat pembangunan gedung InaTews di Bali, BMKG menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas layanan informasi dan menjadi mitra yang andal dalam upaya mitigasi bencana alam serta adaptasi terhadap perubahan iklim di Indonesia. Selain itu, BMKG juga semakin memperkuat infrastruktur dan layanan informasi, yang akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024