Gempabumi Subduksi Lempeng Guncang Bali dan Lombok, Tidak Berpotensi Tsunami

  • Petugas Web
  • 26 Sep 2016
Gempabumi Subduksi Lempeng Guncang Bali dan Lombok, Tidak Berpotensi Tsunami

Sabtu dinihari, 24 September 2016, pukul 00.15.03 WIB, wilayah Bali dan Lombok diguncang gempabumi tektonik. Analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi terjadi dengan kekuatan M=4,2 Skala Richter. Episenter terletak pada koordinat 8,94 LS dan 115,25 BT, tepatnya di laut pada jarak 30 km arah timur Denpasar dengan kedalaman 110 km.

Peta tingkat guncangan BMKG menunjukkan, dampak gempabumi berupa guncangan dalam wilayah yang luas terjadi pada II SIG BMKG (II-III MMI) yang dirasakan di daerah Negara, Denpasar, Tabanan, Badung, Kuta, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Lombok.

Menurut laporan warga, guncangan dirasakan cukup kuat oleh banyak orang. Bahkan beberapa warga yang belum tidur berusaha keluar rumah untuk menyelamatkan diri karena terkejut oleh guncangan gempabumi yang terjadi dengan tiba-tiba. Hingga saat ini belum ada laporan lebih lanjut mengenai dampak gempabumi.

Hasil monitoring BMKG, hingga saat ini belum terjadi gempabumi susulan. Dengan mempertimbangan kekuatan gempabumi yang relatif kecil dan kedalaman hiposenter di kedalaman menengah, maka warga pesisir selatan Bali dihimbau agar tetap tenang karena gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.

Berdasarkan lokasi episenternya, maka gempabumi ini terletak di tepi baratdaya dari Cekungan Lombok. Sedangkan berdasarkan hiposenternya, gempabumi ini termasuk gempabumi berkedalaman menengah yang dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng di zona Benioff Bali.

Fenomena gempabumi Bali Selatan memang menarik dicermati, karena Denpasar dan Kuta sebagai pusat pariwisata sudah lama tdk terjadi gempabumi signifikan. Gempabumi Bali Selatan terakhir terjadi pada 13 Oktober 2011 berkekuatan M 6,8 yang berdampak merusak beberapa bangunan dan nenimbulkan korban luka sebanyak 45 orang.***

Dr. Daryono, S.Si., M.Si.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024