Gempa Donggala, BMKG Minta Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada Gempa Susulan

  • Dwi Rini
  • 29 Sep 2018
Gempa Donggala, BMKG Minta Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada Gempa Susulan

Jakarta, (29/9).Pada Jumat sore kemarin, Masyarakat Indonesia dkagetkan dengan kabar terjadinya Gempabumi tektonik M. 7.7 yang terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pukul 17.02.44 WIB . Gempabbumi berada pada 0.18 LS dan 119.85BT dengan jarak 26 km dari Utara Donggala Sulawesi Tengah dengan kedalaman 10 km.

"Terkait kejadian tsunami di Palu dan Mamuju, seperti yang dikabarkan di beberapa kanal media massa, BMKG telah mengelurkan peringatan dini tsunami sebelumnya berdasarkan hasil permodelan tsunami dengan level tertinggi siaga (0.5m-3m) di Palu dengan prakiraan waktu tiba tsunami pukul 17.22 WIB,"imbuh Dwikorita Karnawati di Kantor Geofisika Yogyakarta melalui sambungan video conference.

Sementara, lanjutya, BMKG pun telah mengeluarkan peringatan potensi tsunami di wilayah Mamuju, dengan prakiraan ketinggian tsunami pada level waspada (kurang dari 0.5 M).

Ditambahkan, setelah dilakukan pengecekan terhadap hasil observasi tide gauge di Mamuju, tercatat adanya perubahan kenaikan muka air laut setinggi 6 cm pukul 17.27 WIB. Sementara Jarak antara Palu dan Mamuju adalah 237 km.

Dijelaskan, setelah dilihat dari hasil update mekanisme sumber gempa yang bertipe mendatar (strike slip), hasil observasi ketinggian gelombang tsunami, serta telah terlewatinya perkiraan waktu kedatangan tsunami maka BMKG mengakhiri Peringatan Dini Tsunami (PDT) ini pada pukul 17.36.12 WIB.

"Gempa yang mengguncang Donggala ini dirasakan di Donggala VII-VIII MMI, Palu, Mapaga VI-VII MMI, Gorontalo dan Poso III-IV MMI, Majene dan Soroako III MMI, Kendari, Kolaka, Konawe Utara, Bone, Sengkang, Kaltim dan Kaltara II - III MMI, Makassar, Gowa, dan Toraja II MMI,"imbuh Dwikorita.

Terkait adanya gempa-gempa susulan, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tidak menempati bangunan-bangunan yang kondisinya sudah rusak akibat gempa utama.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan Gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktifitas sesar Palu Koro. Gempabumi dipicu dari deformasi (perubahan) mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar (Slike-Slip).

"Hingga Pukul 09.00 WIB, telah terjadi 106 Gempabumi susulan, dengan magnitude terbesar M6,3; dan terkecil M2.9. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik," ungkap Dwikorita.

Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita hoax yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.

"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui akun Twitter @infoBMKG, website BMKG "www.bmkg.go.id, dan aplikasi andorid @infobmkg akan terus menginformasikan perkembangan gempa," tuturnya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024