Gelar Kunjungan Kerja, Stasiun Klimatologi Jawa Barat Fokus Pengembangan Prakiraan Berbasis Dampak

  • Kholis Nur Cahyo
  • 06 Mar 2023
Gelar Kunjungan Kerja, Stasiun Klimatologi Jawa Barat Fokus Pengembangan Prakiraan Berbasis Dampak

Cimahi (06 Maret 2023) - Stasiun Klimatologi Jawa Barat menggelar kunjungan kerja terkait sosialisasi dan pengembangan Prakiraan Berbasis Dampak atau Impact-Based Forecast (IBF) dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi.

Turut hadir dalam kunjungan kerja ini prakirawan Stasiun Klimatologi Jawa Barat yang diwakili oleh Indawansani dan Asri Rachmawati, serta Yuni Yulianti selaku prakirawan Stasiun Geofisika Bandung, bersama dengan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Cimahi, Rohmat beserta Panji Cawanu selaku Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Cimahi, dan beberapa staff analis kebencanaan di lingkungan BPBD Kota Cimahi.

Asri memaparkan pengembangan Impact-Based Forecast di Jawa Barat yang implementasinya membutuhkan upaya bersama dan koordinasi berbagai lembaga nasional dan lokal untuk menanggapi peristiwa hidrometeorologi. Melalui koordinasi Lembaga terkait (BPBD) dapat memudahkan verifikasi pasca bencana untuk pembangunan prosedur dan mempersiapkan langkah mitigasi dengan lebih efisien dan efektif.

Lebih lanjut dalam paparannya, Asri menjelaskan bahwa BMKG memiliki platform informasi prakiraan berbasis dampak yang disertai matriks risiko. Sehingga dari informasi yang diberikan oleh BMKG dapat ditindaklanjuti sesuai kebutuhan stakeholder berupa tabel dampak dan respon. Ia juga berusaha mengenalkan Peta Normal Curah Hujan Bulanan di wilayah Bandung, Cimahi, dan sekitarnya dalam satu tahun. Dukungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan stakeholder untuk memantau potensi kejadian bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut.

Dalam kunjungan kerja ini BMKG dan BPBD Kota Cimahi sepakat untuk mencapai kesamaan pemahaman dalam meninjau ulang informasi inti prakiraan berbasis dampak untuk wilayah Kota Cimahi, serta merupakan upaya dalam meningkatkan sinergitas antara Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Stasiun Geofisika Bandung, dan BPBD Kota Cimahi.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024