Forum MKG NTT Mengisi Hari Meteorologi Dunia ke-69 Tahun 2019 dengan Lomba Tulisan Ilmiah dan Infografis Layanan MKG

  • Rozar Putratama
  • 29 Mar 2019
Forum MKG NTT Mengisi Hari Meteorologi Dunia ke-69 Tahun 2019 dengan Lomba Tulisan Ilmiah dan Infografis Layanan MKG

Kupang, (25/Maret/2019) - Forum Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (FMKG) Prov. NTT mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah dan Infografis Layanan MKG, dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia Ke-69 Tahun 2019. Lomba Karya Tulis Ilmiah diikuti oleh 6 tulisan ilmiah, sedangkan untuk Infografis Layanan MKG diikuti oleh 8 infografis dari 11 UPT BMKG yang ada di Provinsi NTT.

Dalam acara ini yang bertindak sebagai Dewan Juri adalah Tim Independen yang terdiri dari 2 orang diantaranya adalah Norman Riwu Kaho, SP, M.Sc selaku Dosen dan Peneliti Universitas Nusa Cendana dan Ibu Cynthia Paskawati Meok selaku Desain Grafis di salah satu media cetak di NTT.

Acara ini dibuka oleh Robert Owen, S.Si selaku Koordinator MKG Prov NTT yang juga selaku Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Kupang - NTT. Dalam sambutan nya, menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk memotivasi generasi muda BMKG khususnya dilingkungan Prov. NTT untuk giat menulis, dan kreatif dalam mendesiminasikan pelayanan informasi guna kemajuan BMKG ke depan nya. Dalam acara ini dihadiri juga oleh Apolinaris S. Geru, SP, M.Si selaku Kepala Stasiun Klimatologi Kupang dan Bambang Setiajid, MT selaku Kepala Stasiun Meteorologi El Tari - Kupang.

Sementara itu Norman R. Kaho, SP, M.Sc selaku Dewan Juri dalam kegiatan ini sangat mengapresiasi BMKG yang bisa mengadakan kegiatan seperti ini, karena akan menumbuhkan penulis - penulis muda yang akan sangat bermanfaat untuk kemajuan BMKG, disamping itu juga Cynthia Paskawati Meok menambahkan bahwa untuk wilayah NTT baru BMKG yang menjadi pendobrak untuk melombakan hasil infografis layanan.

Berikut adalah daftar pemenang pada lomba tulisan ilmiah dan infografis layanan MKG berdasarkan hasil para dewan juri:

  • Pemenang Tulisan Ilmiah:

Juara Pertama: Ria Yulieta, S.Tr dengan judul "Pengembangan Prototite Sistem Peringatan Dini Kebakaran Hutan menggunakan Metode Fire Danger Rating System (FDRS)"

Juara Kedua: Sulton Kharisma, S.Tr dengan judul "Analisis Dampak Erupsi Gunung Agung Berdasar Citra Satelit Himawari-8"

  • Pemenang Infografis Layanan MKG:

Juara Pertama: Hilman Firmasyah dan Kadek F. Hadisuata, S.Tr dengan tema "Info Iklim 10 Harian NTT"

Juara Kedua: M. Indra Bendi dan Alpianus Palute, S.Tr dengan tema "Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2019 di Prov. NTT"

 

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024