Forum Kajian Bersama untuk Tingkatkan Penguatan Pondasi Otomatisasi BMKG

  • Rozar Putratama
  • 16 Nov 2018
Forum Kajian Bersama untuk Tingkatkan Penguatan Pondasi Otomatisasi BMKG

Tangerang Selatan - Kamis (15/11) Pusat Meteorologi Penerbangan Kedeputian bidang Meteorologi menggelar Forum Group Discussion WIGOS di Swissbel Hotel Airport, dalam rangka koordinasi antara Kedeputian yang terlibat dalam WIGOS. FGD ini dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc dan dihadiri oleh Deputi bidang Inskalrekjarkom Dr. Widada Sulitya, DEA, para Pejabat eselon II-IV di Kedeputian Meteorologi , dan Kedeputian Inskalrekjarkom serta narasumber Drs. Antonius Juswanto Endrojono yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan.

Kepala Pusat Meterologi Penerbangan Agus Wahyu Raharjo .SP menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya FGD ini yaitu untuk memperoleh masukan dari unit kerja di BMKG dalam penyusunan strategi perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan pengamatan nasional yang terintegrasi berdasarkan standar dan rekomendasi dalam peraturan WMO no.49 dan 1160 untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam jangka waktu 20-25 tahun ke depan".

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Meteorologi menambahkan bahwa WMO Integrated Global Observing System (WIGOS) merupakan salah satu prioritas strategis dalam WMO Strategic Plan 2016-2019 yang bertujuan untuk memenuhi perkembangan kebutuhan anggota WMO dalam segi sistem pengamatan atmosfer, laut dan lingkungan yang terintegrasi dan inter-operable.

Lebih lanjut Prabowo menambahkan, dengan keterlibatan BMKG sebagai anggota dari WMO, maka dibutuhkan langkah - langkah strategis untuk mengimplementasikan WIGOS secara nasional, diantaranya:

1. Mengimplementasikan dan mengoperasikan sistem dan jaringan pengamatan sesuai dengan WMO Technical Regulations (WMO-No.49);

2. Membuat dan mengembangkan National Observing Strategy dan National WIGOS Implementation Plan;

3. Menetapkan mekanisme implementasi, koordinasi, dan kepemimpinan WIGOS secara nasional;

4. Menominasikan Focal Point untuk WIGOS dan OSCAR/Surface;

5. Mengoordinasikan implementasi WIGOS dengan WIS dan WMO Priority Keys lainnya.

Dengan terwujudnya langkah -langkah nasional tersebut diharapkan natinya Pada Kongres WMO ke-18 tahun 2019 (Cg-18) nanti, seluruh anggota WMO diharapkan sudah dalam status "WIGOS Ready", Ujar Prabowo mengakhiri paparan dan sekaligus membuka kegiatan FGD.

Usai FGD dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang diawali dengan paparan. Deputi bidang Inskalrekjarkom mendapatkan kesempatan pertama untuk membuka sesi presentasi. Dalam paparannya beliau Dr. Widada menjelaskan posisi WIGOS di BMKG, "Untuk penguatan pondasi tahun 2015-2019 terutama dalam sisi pengamatan, selain otomatisasi BMKG pun meletakkan kerangka dasar pengamatannya yang mengacu kepada WIGOS, proses otomatisasi pengamatan tidak bisa dilakukan dengan semata-mata menggantikan sistem pengamatan manual, perlu dilakukan program dual observation (pengamatan bersama otomatis dan manual) selama 2-3 tahun berturut-turut untuk menemukan dan mengidentifikasi fakta koreksi yang harus dicakup dalam data analisis".

Lebih lanjut, Dr. Widada memberi saran untuk segera membentuk tim yang memonitor perkembangan implementasi WIGOS dan menyusun rencana impelementasi WIGOS tingkat nasional, sehingga penguatan pilar periode tahun 2019-2024 pada akhir tahap penguatannya pelayanan MKG sudah menjadi bagian yang terintegrasi dan tidak terpisahkan dalam pembuatan keputusan di dalam setiap proses pembangunan yang dilakukan Pemerintah, baik di pusat maupun daerah.

Rekomendasi yang dihasilkan dari FGD WIGOS:
1. Perlu ada tim yang permanen (Task Force) yang bertugas untuk memonitor perkembangan dan implementasi WIGOS di BMKG dan di tingkat nasional;

2. Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan disepakati sebagai koordinator Task Force WIGOS BMKG

3. Perlu segera menyelesaikan 5 Prioritas Utama WIGOS Pre Operational Phase. Task Force WIGOS segera menyusun agenda yang harus ditindaklanjuti oleh masing-masing unit terkait di BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024