Forum Diskusi Pengkajian dan Prakiraan MKG Wilayah Sumatera Utara Bulan Februari 2021

  • Hatif Thirafi
  • 16 Feb 2021
Forum Diskusi Pengkajian dan Prakiraan MKG Wilayah Sumatera Utara Bulan Februari 2021

Medan - Balai Besar MKG Wilayah I menyelenggarakan kegiatan Forum Diskusi Pengkajian dan Prakiraan MKG wilayah Sumatera Utara bulan Februari 2021, Senin (15/2). Kegiatan rutin bulanan yang biasa dikenal dengan istilah Mapdis ini dilaksanakan secara virtual karena masih dalam pandemi Covid-19.

Kegiatan Mapdis dibuka oleh Plt. Kepala BBMKG Wilayah I, Eridawati, SE, M.Si. Kegiatan ini diikuti oleh Kepala UPT BMKG di wilayah Sumatera Utara beserta pegawai, diantaranya BBMKG Wilayah I, Stasiun Meteorologi Kualanamu, Stasiun Klimatologi Deli Serdang, Stasiun Geofisika Deli Serdang, Stasiun Meteorologi Maritim Belawan, Stasiun Meteorologi Silangit, Stasiun Meteorologi Aek Godang, Stasiun Meteorologi FL Tobing, Stasiun Meteorologi Binaka, dan Stasiun Geofisika Gunung Sitoli. Masing-masing UPT memberikan paparan terkait analisis MKG bulan Januari - Februari 2021 dan prakiraan untuk bulan Maret 2021.

Dalam sambutan pembukaannya, Eridawati menekankan pentingnya forum diskusi ini sebagai wadah komunikasi antar UPT BMKG di wilayah Sumatera Utara sehingga menghasilkan informasi yang padu dan lengkap untuk disampaikan kepada stakeholder terkait. Eridawati juga meminta peran aktif para peserta sehingga dapat menghasilkan analisis dan prakiraan yang akurat.

Stasiun Meteorologi Kualanamu menjadi Tuan Rumah (Host) dalam pelaksanaan kegiatan yang dikenal dengan istilah Mapdis ini. Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual ini dipandu oleh Moderator Mega Sirait, SP (Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kualanamu).

Pada bulan Januari 2021 terdapat kejadian gempa tektonik M4.6 (Kamis, 14 Januari 2021 pukul 23:50:59 WIB) di Nias Utara dan M4.7 (Jumat, 15 Januari 2021 pukul 18:28:26 WIB) di wilayah Sinabang. Kedua kejadian gempa ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami.

Pada Januari 2021, curah hujan di wilayah Sumatera Utara umumnya kategori menengah (100-300 mm). Curah hujan rendah (< 100 mm) terjadi di wilayah Labuhan Batu, sedangkan curah hujan tinggi (> 300 mm) terjadi di wilayah Langkat dan Medan. Hari tanpa hujan (HTH) dominan pada kategori sangat pendek (1-5 hari). Pada dasarian I Februari 2021, distribusi curah hujan di wilayah Sumatera Utara dominan pada kategori rendah (<50 mm).

Secara umum, curah hujan bulan Maret 2021 Sumatera Utara pada kategori menengah (101-300 mm) dengan sifat hujan pada kategori Normal (85-115 %). Curah hujan rendah (<100 mm) berpotensi terjadi di wilayah Pantai Timur. Tingkat ketersediaan air tanah pada kategori cukup, namun perlu antisipasi ketersediaan air tanah di wilayah Batu Bara dan Tanjung Balai. Potensi banjir wilayah Sumatera Utara pada kategori rendah - menengah. Potensi banjir kategori menegah terdapat di wilayah Asahan, Labuhanbatu Utara, Langkat, Mandailing Natal, Samosir, Simalungun, dan sebagian besar wilayah Tapanuli dan Nias.

Perkembangan musim di Sumatera Utara sebanyak 7 zona musim sudah memasuki awal musim kemarau pertama pada dasarian II hingga III Januari 2021. Secara umum, kondisi cuaca wilayah Sumatera Utara pada bulan Maret 2021 diprakirakan relatif kering. Perlu diantisipasi potensi hot-spot (titik panas) di wilayah Karo, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Padang Lawas, dan Mandailing Natal.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024