Edukasi Masyarakat Terkait Potensi Bencana Hidrometeorologi, Stasiun Meteorologi Kualanamu Selenggarakan METEONET-DISC #03

  • Hatif Thirafi
  • 20 Okt 2020
Edukasi Masyarakat Terkait Potensi Bencana Hidrometeorologi, Stasiun Meteorologi Kualanamu Selenggarakan METEONET-DISC #03

Deli Serdang - Stasiun Meteorologi Kualanamu kembali menyelenggarakan Seminar Online Cuaca dan Iklim METEONET-DISC, Senin (19/10). Kegiatan seminar online METEONET-DISC seri #03 mengangkat tema "Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Untuk Mitigasi Bencana Hidrometeorologi".

Kegiatan seminar online METEONET-DISC #03 dibuka oleh Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A. Fachri Radjab, S.Si. M.Si. Dalam opening speech, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG mengapresiasi pelaksanaan kegiatan METEONET-DISC sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat.

"Aktivitas kegiatan diskusi dan edukasi semacam ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pegawai dan kualitas layanan BMKG," sebut Fachri.

Sebagaimana rilis BMKG terkait aktivitas La Nina di Samudera Pasifik berdampak pada peningkatan intensitas hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi. Menindaklajuti informasi dari BMKG, Presiden Joko Widodo mengadakan rapat terbatas dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta menginstruksikan untuk segera mengantisipasi adanya potensi bencana hidrometeorologi tersebut. Salah satu poin arahan Presiden adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai perkembangan cuaca secepatnya ke seluruh daerah dan masyarakat.

Dalam METEONET-DISC #03 dihadirkan tiga narasumber yang kompeten, yaitu Dr. Indra Gustari, ST, M.Si (Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG) yang menyampaikan informasi iklim untuk antisipasi bencana hidrometeorologi serta update kondisi La Nina. Narasumber kedua adalah Miming Saepudin, M.Si (Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG) yang menyampaikan analisis dinamika cuaca dan layanan cuaca BMKG untuk mitigasi bencana hidrometeorologi. Sedangkan narasumber ketiga adalah Gelora Viva Sinulingga, SE, MM (Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Prov. Sumatera Utara) yang menyampaikan potensi bencana hidrometeorologi dan antisipasi serta mitigasi dengan memanfaatkan informasi meteorologi dan klimatologi BMKG.

Kegiatan seminar online METEONET-DISC#03 diselenggarakan secara live melalui ZOOM Meeting dan YouTube "BMKG Kualanamu" dan diikuti oleh peserta dari UPT BMKG, stakeholder, dan masyarakat dari berbagai wilayah secara nasional.

Adanya kegiatan seminar METEONET-DISC#03 diharapkan dapat memberikan informasi bermanfaat terkhusus untuk meningkatkan antisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi di masa aktifnya La Nina di musim hujan saat ini. Serta untuk me ingkatkan kepedulian terhadap cuaca dan iklim untuk mewujudkan Indonesia tangguh dan siap untuk selamat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024