Dukung Peningkatan Produktivitas Pertanian Sulawesi Selatan, Stasiun Klimatologi Maros Melaksanakan SLI Operasional

  • Hatif Thirafi
  • 14 Agu 2020
Dukung Peningkatan Produktivitas Pertanian Sulawesi Selatan, Stasiun Klimatologi Maros Melaksanakan SLI Operasional

Maros - Stasiun Klimatologi Maros menggelar kegiatan pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional New Normal Tahun 2020 di Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (11/8/2020), yang bertema "Peningkatan Pemahaman Informasi Iklim Untuk Menciptakan Petani Tangguh Yang Mampu Beradaptasi Dengan Perubahan Iklim".

Pelatihan Sekolah lapang Iklim (SLI) ini merupakan kegiatan berkesinambungan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Stasiun Klimatologi Maros dengan batasan pembelajaran di tengah kendala pandemi COVID-19 yang tetap mengacu pada protokol kesehatan.

Kegiatan SLI ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari 17 peserta dari Kelompok Petani (POKTAN) Borongpaoe di Kelurahan Leang-Leang, Kabupaten Maros dan 3 peserta dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Kegiatan pembukaan SLI yang berlangsung di Taman Prasejarah Leang-Leang Kabupaten Maros turut dihadiri oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG Pusat yang diwakili oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim, Drs. Nasrullah, Bupati Maros yang diwakili oleh Asisten 2 bidang Ekonomi dan Pembangunan, Najib, SH, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kepala Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Maros, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Maros, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan, Kepala Stasiun Klimatologi di seluruh Indonesia, Camat Bantimurung, Kapolsek Bantimurung, Danramil Bantimurung, Kabid penyuluh pertanian, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Bantimurung, serta Lurah Kepala Kelurahan Leang-Leang secara offline dan online.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini diawali dengan laporan penganggung jawab kegiatan yang disampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Maros, Hartanto, ST., MM. Dalam laporannya, Hartanto menyampaikan bahwa pada tahun ini Stasiun Klimatologi Maros mendapat kesempatan dua (2) kali menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim Operasional yaitu di Kabupaten Maros dan Kabupaten Takalar pada tanggal 11 Agustus-27 Oktober 2020. Sekolah Lapang Iklim Operasional New Normal tahun 2020 ini sempat mengalami kendala karena pandemi COVID-19, namun kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu, meningkatkan pemahaman para petani terhadap informasi iklim yang dikeluarkan oleh BMKG sehingga dapat mengantisipasi potensi-potensi yang menimbulkan dampak.

Pada kegiatan ini, Bupati Maros yang diwakili oleh Asisten 2 bidang Ekonomi dan Pembangunan, Najib, SH., turut memberikan sambutan dalam pembukaan SLI. Dalam sambutannya, Najib menyampaikan bahwa kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini sangat penting bagi petani dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan khususnya di Kabupaten Maros. Kegiatan SLI ini juga disambut oleh Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Dr. Ir. Harmanto, M.Eng yang disampaikan secara daring. Dalam sambutannya, Harmanto berharap melalui kegiatan ini dapat mendiseminasikan info inovasi teknologi strategis Kementerian Pertanian dalam hal upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kegiatan SLI ini dibuka oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG Pusat, yang diwakili oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Drs. Nasrullah secara daring. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa terdapat tiga hal dalam budidaya pertanian yaitu, lahan, benih, serta cuaca dan iklim. Kegiatan SLI ini dilaksanakan dengan kolaborasi Sumber Daya untuk dapat memaksimalkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat petani dalam meningkatkan produtivitas pertanian di Sulawesi Selatan.

Dalam acara yang akan berlangsung selama hampir 3 bulan ini akan disajikan materi terkait iklim dan hubungannya dengan sektor pertanian yang disampaikan oleh narasumber dari BMKG, BPTP dan BPTPH Provinsi Sulawesi Selatan baik secara offline maupun online. Sekolah Lapang Iklim Operasional New Normal tahun 2020 ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam memahami informasi iklim secara utuh untuk mendukung kegiatan usaha tani dan meningkatkan produktivitas pertanian di Sulawesi Selatan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024