Dialog Kentongan di Nabire untuk Antisipasi Bencana Serta Membangkitkan Kepedulian Komunitas

  • Rozar Putratama
  • 13 Feb 2020
Dialog Kentongan di Nabire untuk Antisipasi Bencana Serta Membangkitkan Kepedulian Komunitas

Nabire - Rabu (12/02/2020), bertempat di Ruangan Studio LPP RRI Nabire telah dilaksanakan kegiatan Dialog Kentongan Nabire, dimana UPT Stasiun Meteorologi Nabire hadir sebagai salah satu narasumber, yang diwakili oleh Eusebio Andronikos Sampe, S.Tr selaku Koordinator Operasional UPT Stasiun Meteorologi Nabire. Topik dialog yang dibahas adalah tentang "Mengantisipasi Bencana Melalui BMKG dan Kepedulian Komunitas". Kegiatan dialog kentongan ini juga dihadiri oleh berbagai komunitas yang berada di kota Nabire, antara lain komunitas My Trip My Adventure MTMA Nabire dan Komunitas Amoye Nabire. Komunitas-komunitas ini juga hadir sebagai narasumber.

Tujuan kegiatan dialog kentongan Nabire ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana. Dalam kegiatan dialog kentongan Nabire ini, Sdr Eusebio Andronikos Sampe, S.Tr mewakili UPT Stasiun Meteorologi Nabire menjelaskan tentang antara lain;

  1. Tugas pokok dan fungsi BMKG
  2. Peran BMKG dalam mengatisipasi bencana berupa data dan informasi cuaca khusus untuk masyarakat terutama para generasi milienial anak muda
  3. Seberapa besar akurasi kebenaran prakiraan cuaca di wilayah Nabire
  4. Peralatan BMKG untuk melakukan pengamatan cuaca
  5. Media yang digunakan oleh BMKG dalam menyebarluaskan informasi cuaca kepada masyarakat.

Ditambahkan oleh narasumber lain yaitu para komunitas-komunitas yang berada di kota Nabire bahwa masyarakat di kota Nabire agar mulai diri sendiri untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, menjaga kebersihan lingkungan, jangan membuang sampah sembarangan, mengurangi pemakaian plastik dll dan menjadikan kesadaran peduli akan lingkungan sekitar ini dijadikan sebagai salah satu pola prinsip hidup.

Diakhir dialog interaktif tersebut, BMKG Nabire menghimbau peran aktif kepada semua lapisan masyarakat Nabire terutama para komunitas-komunitas yang berada di kota Nabire untuk membantu BMKG menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan informasi cuaca dan ikut mengkampayekan tentang Budaya Sadar Bencana kepada seluruh masyarakat serta tetap aktif dalam kegiatan sosial maupun kegiatan kemanusian, salah satunya dalam memberikan pelatihan-pelatihan dan penanggulangan bencana sedini mungkin agar kedepan masyarakat Nabire sudah menjadi masyarakat yang tanggap akan bencana.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024