Deputi Bidang Meteorologi Buka Pelatihan Teknis Pengamatan Meteorologi Penerbangan

  • Rachmat Hidayat
  • 21 Mei 2021
Deputi Bidang Meteorologi Buka Pelatihan Teknis Pengamatan Meteorologi Penerbangan

Jakarta - Jumat (21/5), Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG Menggelar Pelatihan Teknis Pengamatan Meteorologi Penerbangan Tahun 2021 secara Online melalui aplikasi zoom dan resmi dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi Guswanto, Msi.

Kegiatan yang diselenggarakan dengan mengacu pada peraturan terkait ASN dan beberapa peraturan yang bersifat nasional dan internasional tentang pelayanan penerbangan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap peserta pelatihan agar dapat melaksanakan pengamatan atau observasi meteorologi penerbangan sesuai dengan standar kompetensi AMO (Aeronautical Meteorological Observer) secara professional.

Pelatihan Teknis Pengamatan Meteorologi Penerbangan diselenggarakan secara daring atau full online selama 11 (sebelas) hari dari tanggal 21 Mei sampai dengan 08 Juni 2021 diikuti Sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang peserta yang terdiri dari: 33 (tiga puluh tiga) orang berasal dari UPT BMKG yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan 2 (dua) orang peserta berasal TNI Angkatan Udara yaitu Pangkalan Udara (lanud) Abdul Rahman Saleh Malang dan Pangkalan Udara Adi Sumarmo Solo.

Guswanto, Msi dalam arahannya mengatakan bahwa Sebagaimana kita ketahui, salah satu kegiatan penyelenggaraan MKG menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2009 adalah pengamatan. Pengamatan merupakan proses awal dari rangkaian value chain di BMKG yang menghasilkan kumpulan data yang akan menjadi masukan dalam proses analisis dan pembuatan prakiraan.

"Dalam pengembangan model numerical weather prediction, data hasil pengamatan juga penting dalam proses asimilasi yang bertujuan untuk menghasilkan model yang lebih akurat", sambungnya.

Akurasi hasil pengamatan merupakan salah satu faktor kunci dalam menghasilkan informasi MKG yang lebih berkualitas. Dengan kata lain kegiatan pengamatan merupakan salah satu aktivitas kunci (key activity) dalam proses bisnis di BMKG. Indikator kinerja BMKG sangat tergantung kepada hasil dari proses pengamatan ini, jelasnya.

Undang-Undang No. 31 Tahun 2009 Tentang MKG maupun dokumen WMO dan ICAO, disebutkan Guswanto, kesemuanya mempersyaratkan adanya proses sertifikasi personil meteorologi penerbangan dan proses sertifikasi personil sudah dilakukan sejak tahun 2014 dan saat ini proses tersebut masih terus berjalan.

Lebih lanjut, Guswanto mengatakan banyaknya jumlah UPT dan tenaga personil yang harus disertifikasi tentunya proses ini membutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu untuk memastikan hasil yang baik dari proses sertifikasi personil tersebut, ICAO juga mewajibkan adanya bentuk pengembangan kompetensi untuk setiap personil meteorologi penerbangan.

"Disinilah peran kegiatan pengembangan kompetensi di bidang meteorologi penerbangan yang dilaksanakan oleh Pusdiklat menjadi sangat penting dan Kegiatan-kegiatan ini turut mempengaruhi hasil audit terhadap pelaksanaan pengamatan dan pelayanan meteoroloigi penerbangan yang secara rutin dilaksanakan oleh ICAO. Selain itu pelatihan teknis ini juga membantu mempersiapkan para personil sebelum mengikuti sertifikasi. Oleh karena itu, saya sangat menghargai upaya Pusdiklat untuk terus memunculkan kegiatan yang terkait dengan meteorologi penerbangan".

Melalui pelatihan ini, Guswanto berharap kepada peserta dapat terlibat secara aktif dalam semua aktivitas pembelajaran. Diskusikanlah hal-hal yang menjadi isu operasional pengamatan di UPT nya masing-masing. Para peserta berhak dan berkewajiban untuk mengelaborasi setiap pemahaman yang didapatkan melalui proses ini. Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk refresher course, yaitu pelatihan yang bertujuan untuk memberikan penyegaran dan update pemahaman dalam hal pengamatan meteorologi penerbangan.

Sambungnya, Mungkin saja permasalahan yang satu di UPT dapat diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan serupa di tempat lain. Jadi knowledge management yang terbangun dalam pelatihan ini merupakan satu aset yang sangat berharga. Saya berharap melalui pelatihan teknis seperti ini, kendala-kendala yang muncul pada operasional pengamatan meteorologi penerbangan dapat secara bertahap dapat kita perbaiki dan dikurangi, tutup Guswanto dalam arahannya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024