Deklarasi Para Satria Penyelamat Lingkungan Pada Jambore Iklim 2019

  • Rozar Putratama
  • 30 Apr 2019
Deklarasi Para Satria Penyelamat Lingkungan Pada Jambore Iklim 2019

Jakarta - Selasa (30/4) sebanyak 214 siswa - siswi Sekolah Dasar Negeri yang tersebar di wilayah JABODETABEK mengikuti kegiatan JAMBORE Iklim yang diselenggarakan oleh BMKG melalui Kedeputian Bidang Klimatologi di lapangan Monumen Nasional (Monas)

Kegiatan yang diinisiasi oleh BMKG bekerjasama dengan sektor pendidikan bertujuan mengenalkan pengetahuan iklim dan menumbuhkembangkan karakter tangguh bencana iklim sejak usia dini, serta sesuai dengan Kerangka Kerja Kebencanaan Sendai 2015 yakni fungsi BMKG dalam penyelenggaraan meteorologi, klimatologi dan geofisika dalam UU 31 Tahun 2009, melalui penguatan informasi dan Sistim Peringatan Dini MKG dan upaya peningkatan pemahaman risiko bencana terkait iklim.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Prof Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, P.hD, yang dalam sambutannya menyampaikan "Data dari BMKG yang terkumpul selama 100 tahun berdasarkan hasil analisa kami menyatakan bahwa terjadi peningkatan temperatur udara di lingkungan Bumi kita , maka melalui JAMBORE Iklim ini kami mengajak para adik - adik yang duduk di bangku sekolah dasar ini sebagai Satria Penyelamat Lingkungan untuk lebih peduli iklim dan tangguh bencana, sehingga pengetahuan dan karakter tangguh bencana iklim bisa tumbuh sejak usia dini". Ujar Dwikorita

Dwikorita menambahkan "kegiatan ini sangat strategis untuk memberikan pemahaman tentang cuaca, iklim dan bencana yg terkait, selain itu menjadi sarana untuk lebih memahami arti pentingnya cuaca dan iklim sehingga dalam proses pembelajaran ke depannya akan memberikan aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim," tutup Dwikorita

Kegiatan JAMBORE mengusung tema "Anak Peduli Iklim dan Tangguh Bencana". Materi yang disampaikan disajikan secara menarik dan penuh dengan kesenangan, sehingga anak - anak semakin merasa tertarik untuk mempelajari mkana dari dampak perubahan iklim yang sedang terjadi.

Di akhir sesi kegiatan seluruh peserta JAMBORE bersama dengan Kepala BMKG, Deputi bidang Klimatologi dan para tamu undangan lainnya melakukan cap telapak tangan sebagai tanda bahwa BMKG bersama dengan para generasi milenial Indonesia mendeklarasikan Peduli Iklim dan Tangguh Bencana.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024