BMKG: Waspada Peningkatan Potensi Hujan Lebat Seminggu ke Depan

  • Dwi Rini
  • 20 Jun 2018
BMKG: Waspada Peningkatan Potensi Hujan Lebat Seminggu ke Depan

Jakarta, (19/6). Akhir-akhir ini, kita dikagetkkan dengan pemberitaan di media massa dengan peristiwa yang terjadi di Gowa dan baru-baru ini saat kita masih dalam suasana lebaran, kita pun dikejutkan dengan kecelakaan tenggelamnnya kapal di Danau dan hingga saat ini masih dilakukan pencarian korban. Menyadari kondisi ini, Selasa malam di Kantor BMKG Pusat dilakukan jumpa pers yang dipimpin oleh Sekretaris Utama, Drs. Untung Merdijanto, M.Si. terkait kondisi cuaca yang terjadi pada musibah kecelakaan di Danau Toba serta seminggu ke depan dan perkembangan musim kemarau 2018.

Seperti yang diutarakan Kepala BMKG, Dr. Dwikorita Karnawati melalui video conference di Jenewa mengutarakan bahwa masyarakat perlu mewaspadai kondisi cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini, meskipun pada Juni ini, sebagian besar wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau.

"Berdasarkan pantauan BMKG, bahwa 7 hari ke depan diprakiran masih akan terjadi anomali cuaca akibat adanya tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina, serta udara basah dari Samudera Hindia dan sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia Barat Bengkulu, Selat Karimata, dan Selat Makassar yang mengakibatkan adanya pola pertemuan aliran udara di Bagian Selatan Kalimantan, Perairan Selatan Bangka Belitung, Sumatera Selatan-Lampung, Bengkulu hingga Samudera Hindia," tutur Dwikorita.

Ia pun menambahkan terdapat belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan cuaca ekstrim, seperti hujan sedang-lebat yang disertai petir dan kilat serta angin kencang yang terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Potensi cuaca ekstrim pun dapat menyebabkan terjadinya potensi gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter yang diprakirakan terjadi di Perairan Utara dan Barat Aceh, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Pulau Simeuleu hingga Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu hingga Perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan Selat Jawa hingga Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Perairan Selatan P. Sumba-P. Sawu, Laut Timor Selatan NTT, Samudera Hindia Barat Sumatera hingga selatan NTT.

Sementara Deputi Bidang Meteorologi, Drs. Mulyono R Prabowo di depan media massa mengutarakan bahwa BMKG terus memberikan layanan informasi cuaca di berbagi sektor penerbangan, dan kemaritiman sebagai langkah kesiapsiagaan terhadap kemungkinan dampak dari cuaca ekstrim.

"Puncak musim kemarau terjadi pada diprakirakan terjadi pada Agustus-September 2018 dan berakhir pada November 2018, seiring dengan awal musim hujan 2018/2019,"imbuh Prabowo.

Prabowo pun menambahkan musim kemarau bukan berarti tidak ada potensi hujan sama sekali. Selain itu, mengingat bentangan wilayah Indonesia yang luas, bisa mengakibatkan suatu wilayah sudah tidak ada hujan sama sekali, Namun ditempat lain kita masih mendengar atau masih mencatat hujan dengan intensitas tinggi.

Terkait dengan kejadian tenggelamnya kapal di Danau Toba, Prabowo mengungkapkan di depan media massa bahwa pihak BMKG telah memberikan peringatan dini terkait cuaca di Sekitar Danau Toba , Sumatera utara.

"Untuk wilayah Samosir memiliki potensi terjadinya cuaca ekstrim, seperti hujan lebar, kemudian berdasarkan catatan dari Automatic Weather Station BMKG di Parapat, tecatat adanya peningkatan kecepatan angin, yaitu 12 knots," ucap Prabowo.

Kondisi inilah yang memicu ketinggian ombak kurang lebih 75 cm atau 0.75 m sampai 1.25 m. "Jika kita melihat resikonya memang berbeda-beda, tergantung pada kapal yang terdampak," jelasnya.

Prabowo pun menghimbau agar masyarakat yang sedang berlibur di wisata pantai perlu mewaspadai gelombang tinggi, seperti di Pantai Parangtritis,Yogyakarta sebelah timur beberapa hari ke depan adanya peningkatan gelombang tinggi.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024