BMKG Tanjung Perak Berpartisipasi dalam Dialog Interaktif Siaga RRI Surabaya

  • Ibrahim
  • 29 Nov 2019
BMKG Tanjung Perak Berpartisipasi dalam Dialog Interaktif Siaga RRI Surabaya

Surabaya - Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya bersama dengan Komunitas Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui Radio Republik Indonesia (RRI) melakukan siaran dialog interaktif bertajuk Siaga Bencana Musim Penghujan pada Jumat (29/11/2019).

Membuka jalannya dialog, Fajar Setiawan sebagai narasumber dari Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak menjelaskan bahwa prakiraan awal musim hujan untuk sebagian wilayah Jawa Timur terjadi pada awal bulan November dan sebagian lainnya terjadi pada akhir bulan November. Pada saat pergantian musim seperti sekarang ini cuaca ekstrem acap kali terjadi.

Masih segar dalam ingatan kita, hujan es dan angin kencang yang menerpa 10 desa di Kabupaten Bojonegoro pada hari Senin, 25 November 2019 lalu. Bencana tersebut mengakibatkan puluhan rumah rusak dan dua lainnya roboh. Selain itu, satu warga luka-luka akibat tertimpa pohon tumbang.

Baik Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya maupun Komunitas ACT memiliki program edukasi terkait kesiapsiagaan bencana untuk masyarakat. Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya memiliki program Sekolah Lapang Nelayan (SLN), yakni penyuluhan informasi cuaca kelautan untuk komunitas nelayan.

Tak hanya itu, terdapat pula program BMKG goes to school, dimana Satsiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak menyadari bahwa edukasi kesiapsiagaan bencana dipandang penting dilakukan sejak dini. Selaras dengan BMKG, Komunitas ACT juga menggalakkan program edukasi pra, saat, dan pasca bencana kepada masyarakat.

Edukasi pra bencana dilakukan ACT bekerjasama dengan beberapa lembaga terkait seperti BPBD dan Basarnas memberikan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat. Selain itu, ACT juga memberikan materi pemberdayaan masyarakat ketika kondisi lingkungan tidak memungkinkan mereka untuk pergi bekerja seperti biasa. Kedua narasumber sepakat bahwa meskipun teknologi peringatan dini bencana kini sudah canggih, hal tersebut tetap harus dibarengi dengan kepiawaian masyarakat untuk tanggap bencana.

Pada sesi selanjutnya, moderator memberikan sosialisasi penggunaan kentongan untuk sarana komunikasi ketika terjadi bencana. Kentongan ini dinilai lebih efektif daripada alat komunikasi elektronik ketika terjadi bencana karena alat ini tidak membutuhkan tenaga listrik atau sinyal tertentu untuk dapat dioperasikan.

Sebagai penutup dialog, Fajar menginformasikan bahwa pada bulan Desember ini diprakirakan curah hujan di wilayah Jawa Timur akan berada pada kisaran 150-300 mm. Hal ini menandakan seluruh wilayah Jawa Timur sudah masuk musim hujan. Sementara puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari-Februari. Menanggapi hal tersebut, Rohadi mengatakan bahwa relawan-relawan ACT telah stand by dan terus memantau kondisi wilayah-wilayah yang rentan terkena bencana akibat musim hujan sehingga bantuan dapat segera diberikan dan kerugian dapat diminimalisir.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024