BMKG Siap Dukung Re-Alignment Ruang Udara Indonesia

  • Taufiq Kurniawan
  • 03 Mei 2018
BMKG Siap Dukung Re-Alignment Ruang Udara Indonesia

Jakarta - Rabu (2/5), Kedeputian Bidang Meteorologi BMKG melalui Pusat Meteorologi Penerbangan menyelenggarakan kegiatan Workshop Penguatan Layanan Meteorologi Penerbangan di Wilayah Flight Information Region (FIR) Jakarta dan Ujung Pandang di Swiss Bellinn Hotel. Workshop ini bertemakan "Dengan Penguatan MWO untuk Layanan FIR, BMKG Siap Mendukung Rencana Pemerintah Re-Alignment Ruang Udara Indonesia".

Berdasarkan Keputusan Kepala BMG no SK 169/ME.401/KB/BMG-2006 menunjuk stasiun meteorologi Hasanuddin dan stasiun meteorologi Cengkareng sebagai MWO (Meteorological Watch Office) yang bertugas menyediakan berita SIGMET (Significant Meteorological) diwilayah tanggungjawabnya. SIGMET ini berisi berita cuaca signifikan (thunderstorm, icing, turbulence), sebaran abu vulkanik, dan siklon tropis. Oleh karenanya diperlukan koordinasi antar MWO dalam pembuatan SIGMET yang melewati batas FIR. Beberapa MWO yang berkoordinasi adalah MWO Jakarta, MWO Ujung pandang, MWO Singapore, MWO Kuala Lumpur dan MWO Kota Kinabalu. Koordinasi SIGMET tersebut selama ini difasilitasi oleh JMA (Japan Meteorology Agency) dan HKO (Hongkong Observatory) yang melalui SIGMET Coordination Tools. Sehingga diharapkan nantinya BMKG melalui tools sendiri dalam pembuatan dan monitoring SIGMET.

Seperti diketahui, wilayah FIR Jakarta, khusunya disekitar Kepulauan Riau dan Natuna masih dibawah otoritas Singapura melalui Keputusan Presiden nomor 7 tahun 1996. Dengan adanya Undang-Undang no. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan diharapkan paling lambat 15 tahun sejak UU no 1 tahun 2009 diberlakukan dapat dilakukan realignment FIR. Sehingga diperlukan kesiapan SDM dan infrastruktur.

Selanjutnya dalam rangka menyiapkan Contingency Plan perlu di persiapkan Pusat Meteorologi Penerbangan sebagai Back-up MWO dalam kondisi-kondisi tertentu. Sehingga nantinya diharapkan forecaster pada pusat meteorologi penerbangan memiliki skill dan kemampuan yang sama dengan forecaster pada MWO terkait dengan pembuatan SIGMET.

Dalam peningkatan informasi Meteorologi di Wilayah FIR dibuat juga RAMI (Remotely Aeronautical Meteorlogical Information) guna melakukan layanan informasi meteorlogi terhadap bandara-bandara yang tidak terdapat kantor meteorologi BMKG. Dimana data yang tersedia akan diolah oleh stasiun koordinator, yang diharapkan kedepaannya akan bisa menghasilkan informasi cuaca dan prakiraannya secara otomatis. Selain itu akan dilakukan juga sekolah lapangan penerbangan dalam rangka meningkatkan SDM dibandara tersebut, sehingga mereka juga memiliki pemahaman terhadap meteorologi dan dapat melakukan observasi meteorlogi sederhana. Acara ini dibuka oleh Deputi Meteorologi Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc, Beliau berharap workshop ini dapat mempersiapkan sumber daya meteorologi dalam rangka mendukung penguatan layanan MWO untuk FIR di wilayah Indonesia.

Workshop yang berlangsung selama tiga hari ini (2-4 Mei) dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi dan Geofisika, Drs, R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc dan diikuti oleh perwakilan Forecaster dari MWO Jakarta, MWO Ujung Pandang, serta dari Pusat Penerbangan BMKG. Sebagai narasumber dihadirkan pembicara dari JMA (Japan Meteorology Agency), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia/LPPNPI (AirNav Indonesia) dan BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024