BMKG Perkenalkan Pengamatan Cuaca Berbasis Pesawat untuk Keselamatan Penerbangan

  • Taufiq Kurniawan
  • 23 Mei 2017
BMKG Perkenalkan Pengamatan Cuaca  Berbasis Pesawat untuk Keselamatan Penerbangan

Jakarta - BMKG bekerjasama dengan World Meteorological Organization (WMO) menyelengarakan Global Aircraft Meteorological Data Relay (AMDAR) Workshop 2017. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenal dan menjelaskan pengamatan cuaca berbasis pesawat terbang atau Aircraft-Based Observations Programme (ABOP) kepada negara anggota WMO dan industri pesawat terbang termasuk airlines, Senin (22/5) di Auditorium BMKG.

Workshop ini merupakan kontribusi BMKG dalam mendukung program WMO untuk memperkenalkan program pengamatan cuaca berbasis pesawat dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan. Workshop yang diselenggarakan dua hari ini (22-23/5) diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari Expert Team on Aircraft-Based Observing System (ET-ABO), Airlines, anggota WMO dan perwakilan instansi terkait.

Program AMDAR merupakan inisiasi WMO dan negara anggotanya yang bekerjasama dengan industri pesawat terbang. AMDAR merupakan program untuk mengumpulkan data meteorologi dari pesawat terbang. Data tersebut kemudian diproses sebelum dikirimkan ke receiver di darat (ground) melalui komunikasi VHF (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) atau melalui satelit (Aircraft to Satellite Data Acquisition and Relay).

Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng, dalam press release-nya menyampaikan bahwa AMDAR merupakan sistem observasi parameter cuaca paling efisien berdasarkan manfaat. AMDAR berkontribusi terhadap peningkatan akurasi prakiraan angin dan temperatur udara di rute penerbangan. Hal tersebut bermanfaat terhadap peningkatan efisiensi operasional pesawat dalam hal penggunaan fuel dan meningkatkan keselamatan operasional penerbangan.

Terdapat sekitar 40 airlines diseluruh dunia dengan jumlah pesawat lebih dari 4000 unit yang berpartisipasi pada program AMDAR. Hingga saat ini, belum ada airlines Indonesia yang berpartisipasi pada program tersebut. Sebagai langkah awal pada Maret 2017, BMKG bersama Dirjen Perhubungan Udara dan BPPT menyelenggrakan kegiatan diskusi untuk mempelajari implementasi AMDAR di Indonesia.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024