BMKG Membahas "Kapan Musim Hujan Datang?"

  • Rozar Putratama
  • 18 Jul 2019
BMKG Membahas "Kapan Musim Hujan Datang?"

Jakarta - Rabu (17 Juli 2019), Para Forecaster dari Stasiun Klimatologi dan Stasiun Meteorologi Koordinator menghadiri Rapat Prakiraan Musim Hujan 2019/2020 yang dibuka oleh Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D, di Hotel Aloft Jakarta.

Dalam sambutannya Dwikorita menyampaikan "forum ini sebagai wahana berbagi pengalaman dan pengetahuan antara para senior dan juniornya, terutama dalam pengetahuan teknologi terbaru yang akan dipelajari, sehingga nantinya para peserta dapat mencermati fenomena iklim global dan regional yang akan terjadi di 2019-2020 seperti EL Nino serta dampaknya serta mengevaluasi akurasi prakiraan musim yang sudah kita hasilkan selama ini, model mana yang terbaik untuk masing masing wilayah".

Rapat Prakiraan Musim Hujan (PMH) 2019/2020 merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagai ajang koordinasi dan sinkronisasi produk prakiraan musim yang dilakukan oleh BMKG Pusat dengan UPT daerah sesuai dengan zona musim masing-masing. Salah satu target yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah lahirnya kesepakatan dengan semua UPT daerah sehingga bisa diterbitkan produk Prakiraan Musim Hujan skala nasional.

Berdasarkan update perkembangan musim kemarau di Indonesia, sebagian besar zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim kemarau dan akan segera memasuki puncaknya, yaitu pada periode Agustus-September. Hal ini sekaligus menjadi indikasi bahwa kita harus segera bersiap menyambut musim hujan.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Rapat Prakiraan Musim Hujan dalam menyediakan informasi iklim, bukan hanya digunakan sebagai bagian dari solusi mengurangi risiko bencana, tetapi juga berguna untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Forum ini melibatkan para forecaster dari BMKG Pusat, UPT daerah yang terdiri dari Stasiun Klimatologi, Stasiun Meteorologi Kordinator dan Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch), serta narasumber dari Senior Forecaster, Puslitbang BMKG, Pusat Meteorologi Publik, ITB, LAPAN, dan LSM yaitu Climate Insititute.

Pada kesempatan ini juga diadakan kompetisi poster produk BMKG bagi para forecaster seluruh Indonesia. Kompetisi poster diikuti oleh 59 peserta dengan 23 karya yang terkumpul. Penilaian kompetisi poster dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

  • Ide atau gagasan;
  • Kesesuaian karya dengan tema;
  • Informasi yang Komunikatif, edukatif, dan provokatif;
  • Keuniikan karya, dan
  • Komposisi gambar dan warna.

Kegiatan Rapat Prakiraan Musim Hujan 2019/2020, akan dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 16 - 20 Juli 2019.

Peserta dan narasumber kegiatan Rapat Prakiraan Musim Hujan (PMH) 2019/2020 diikuti oleh :

  1. Forecaster berjumlah 35 orang
  2. Narasumber dari ITB, LAPAN dan Climate Institute berjumlah 3 orang
  3. Narasumber Senior Forecaster BMKG
  4. Narasumber Puslitbang dan Pusmet Publik BMKG berjumlah 1 orang
  5. Pemenang Lomba Poster berjumlah 2 orang

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024