BMKG Goes to School, Edukasi Kebencanaan ke Siswa MAN Insan Cendekia Pasuruan

  • Ayu Isrianti Putri
  • 13 Mar 2024
BMKG Goes to School, Edukasi Kebencanaan ke Siswa MAN Insan Cendekia Pasuruan

Pasuruan, Maret 2024 - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) unit pelaksana Stasiun Geofisika pasuruan memberikan edukasi kebencanaan di MAN Insan Cendikia Pasuruan, Jawa Timur. Kegiatan di buka oleh Wakil Kepala Sekolah dalam sambutanya mengucakan terimaksih kepada Stasiun Geofisika Pasuruan atas edukasi siswa-siswinya.

Ketua Tim Muchlis, S.T. mengatakan kegiatan bertajuk BMKG Goes To School (BGTS) 2024 tersebut diikuti oleh 240 orang pelajar serta 4 Guru pendamping.

"Tujuan dari kegiatan BGTS ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya pelajar atau generasi muda, tentang potensi bencana gempa bumi di wilayah Pasuruan dan Jawa Timur pada umumnya.

Sebelum dimulainya sesi persentasi, dilakukan pretest terlebih dahulu dengan memberikan beberapa soal kepada para siswa terkait materi yang akan disampaikan. Setelah sesi diskusi dan tanya jawab, kegiatan ditutup dengan posttest dengan mengerjakan soal yang sama seperti pretest. Dari hasil perbandingan antara pretest dan postest, terbukti bahwa pemahaman peserta mengalami peningkatan dari 72% saat pretest menjadi 96% setelah posttest.

Melalui kegiatan itu juga, Stasiun Geofisika Pasuruan mengedukasi peserta tentang cara-cara mitigasi bencana gempa bumi.

Kegiatan BGTS diawali dengan pemaparan materi oleh staf operasional BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan mengenai gempa bumi dan bahaya susulan yang dapat terjadi, seperti tsunami dan bangunan runtuh dan materi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (STMKG) yang disampaikan oleh taruna STMKG yang melaksanakan Merdeka Belajar Kamus Merdeka (MBKM).

Selain itu, dijelaskan juga cara-cara mitigasi bencana gempa bumi, baik sebelum, saat, maupun setelah gempa bumi terjadi.

"Pemaparan materi dilakukan secara interaktif dan menyenangkan agar peserta dapat memahami materi dengan baik dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab agar peserta dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam," ujar dia.

BGTS merupakan salah satu upaya BMKG untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda dan pelajar tentang kebencanaan.

"Kegiatan ini telah memberikan dampak positif bagi peserta, baik dalam hal pengetahuan maupun pemahaman. Kemudian dengan adanya pelatihan evakuasi mandiri secara rutin diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya korban jiwa dan kerugian materi saat terjadi bencana.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024