BMKG Goes to Pesantren: Kolaborasi Stasiun Geofisika Pasuruan dan BPBD Situbondo dalam Literasi Kegempaan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum

  • Valdez Dwi Hapsah Oktavianey
  • 23 Okt 2023
BMKG Goes to Pesantren: Kolaborasi Stasiun Geofisika Pasuruan dan BPBD Situbondo dalam Literasi Kegempaan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum

Situbondo, 19 Oktober 2023 - Tim Stasiun Geofisika Pasuruan menjalankan Preventive Maintenance (PM) di BPBD Situbondo terhadap peralatan Accelerograph Non Collocated STJN. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya optimalisasi peralatan geofisika untuk memonitor gempa bumi. Selain itu, Tim Stasiun Geofisika Pasuruan juga berkolaborasi dengan BPBD Situbondo dalam upaya meningkatkan literasi kegempaan di Kabupaten Situbondo.

Kolaborasi Tim Stasiun Geofisika Pasuruan dan BPBD Situbondo ini menjadi awal dari suatu inisiatif menarik yang disebut "BMKG Goes to Pesantren" atau BGTP. Inisiatif ini bertujuan untuk membawa pengetahuan tentang gempa bumi ke lokasi-lokasi pendidikan, khususnya pondok pesantren. Pada kali ini, Pondok Pesantren Miftahul Ulum menjadi tuan rumah bagi kegiatan BGTP yang diadakan pada tanggal 20 Oktober 2023.

Kegiatan BGTP di Pondok Pesantren Miftahul Ulum dibuka pada pukul 08.00 pagi oleh Pimpinan Pondok, Gus Daffa. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari BPBD Situbondo dan menghadirkan 100 peserta, yang terdiri dari santri dan santriwati kelas VII dan VIII Madrasah Tsanawiyah serta kelas IX dan X Madrasah 'Aliyah.

Tim BPBD Situbondo membagikan materi tentang kesiagaan dan tindakan yang harus diambil saat terjadi gempa bumi. Sementara itu, Tim Stasiun Geofisika Pasuruan menyampaikan pengetahuan tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, serta memasukkan informasi tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beserta peranannya dalam pengamatan dan mitigasi bencana alam.

Kegiatan BGTP di Pondok Pesantren Miftahul Ulum berjalan dengan lancar dan diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada generasi muda tentang pentingnya kesiagaan dan mitigasi bencana gempabumi. Semoga kegiatan ini terus berkembang untuk menciptakan masyarakat yang lebih siap menghadapi potensi risiko bencana alam dan menjadi bukti nyata bahwa upaya pencegahan dan literasi merupakan langkah yang krusial dalam menjaga keselamatan masyarakat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024