BMKG Gelar Bimtek BMN 2019

  • Ibrahim
  • 27 Agu 2019
BMKG Gelar Bimtek BMN 2019

Jakarta - (27/8), Dalam rangka meningkatkan kualitas dalam Pengelolaan Barang Milik Negara dan mempertahankan raihan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk BMKG yang didapat pada 2018. Biro Umum BMKG melalui Bagian Perlengkapan dan Barang Milik Negara menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Barang Milik Negara (BMN), yang tahun ini mengambil tema "Melalui Bimbingan Teknis BMN 2019, Kita Wujudkan Pengelolaan dan Penatausahaan BMN yang Akurat dan Akuntabel".

Bimbingan teknis ini dilaksanakan di Hotel Novotel Mangga Dua Square, berlangsung dari tanggal 26-30 Agustus 2019. Kegiatan ini bertujuan sebagai implementasi dari Surat Menteri Keuangan No. 220/MK.6/2015 pada 26 Juni 2015, dimana seluruh Kementerian/Lembaga wajib meaksanakan pengelolaan BMN, melalui Sistem Informasi Manejemen Aset Negara (SIMAN) dan tindak lanjut Revaluasi Barang Milik Negara tahun 2017-2019.

Tidak hanya itu, sasaran yang ingin dicapai dalam bimtek ini adalah keseragaman pemahaman para peserta tentang pengelolaan, penatausahaan, pengawasan dan pengendalian BMN serta tindak lanjut hasil revaluasi BMN.

Kegiatan Bimtek ini terdiri dari pengarahan oleh Sekretaris Utama BMKG, kemudian Sosialiasi dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dalam pengimplementasi sistem SIMAN dan Sosialisasi dari pembina SIMAK-BMN BMKG Pusat. Bimtek ini diikuti oleh 50 orang peserta yang merupakan perwakilan dari Balai Besar MKG, Stasiun Koordinator Propinsi, Satker Non Koordinator dan Sakter Pusat.

Sekretaris Utama BMKG Ir. Dwi Budi Sutrisno, M.Sc., memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan bimtek ini. Dalam sambutannya beliau mengatakan dengan adanya kegiatan ini semoga bisa mewujudkan salah satu visi dari BMKG, yaitu Smart SDM di lingkungan BMKG dengan peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM, khusunya petugas SIMAK BMN.

Kemudian beliau juga bangga dengan raihan Opini Wajar Tanpa Pengecualian, namun tentu saja tetap harus meningkatkan kualitas dalam pengelolaan BMN diantaranya:

  1. Keseragaman Kodefikasi Barang Persedian;
  2. Keseragaman Kodefikasi Barang Milik Negara khususnya MKG;
  3. Penatausahaan BMN yang belum tertib;
  4. Kesalahan pemilihan Akun Belanja dalam penganggaran;
  5. Masih terdapatnya BMn yang dikuasai oleh pihak ketiga:
  6. Kurangannya pemahaman tentang penatausahaan dan pengelolaan BMN

Mengakhiri sambutannya, Dwi Budi berharap dengan adanya Bimtek ini peserta dapat lebih memahami tata cara penatausahan BMN secara baik dan tepat dan dapat mempertahankan Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian di tahun 2019.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024