BMKG Gandeng Politeknik Caltex Riau Tingkatkan Inovasi Teknologi Terapan di Bidang MKG

  • Hatif Thirafi
  • 16 Jul 2021
BMKG Gandeng Politeknik Caltex Riau Tingkatkan Inovasi Teknologi Terapan di Bidang MKG

Kamis, 15 Juli 2021 - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Politeknik Caltex Riau melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Penandatanganan Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya dalam rangka kerja sama pendidikan, penelitian di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika dalam rangka peningkatan kapasitas serta pengabdian kepada masyarakat. Ruang lingkup nota kesepahaman meliputi pemanfaatan sarana dan prasarana, pemanfaatan dan penyebarluasan informasi meteorologi klimatologi dan geofisika, peningkatan kapasitas SDM melalui Pendidikan formal dan/atau pelatihan, kegiatan magang dan PKL mahasiswa di BMKG, serta penelitian dan pengembangan serta publikasi Bersama ilmu pengetahuan dan teknologi bersama di bidang MKG.

Kepala BMKG menyampaikan apresiasi atas sinergi yang dibangun antara Politeknik Caltex Riau dengan BMKG dalam mewujudkan peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika dalam rangka mendukung pembangunan nasional.

"Berada dalam zona pertemuan sabuk gunung api Mediterania dan cincin api Pasifik, serta dipicu oleh pergerakan lempeng-lempeng tektonik yang saat ini makin meningkat aktivitasnya, mitigasi risiko terhadap keselamatan manusia di wilayah ini sangat perlu ditingkatkan. Penting pula disadari, sebagai negara Kepulauan Maritim, Indonesia juga tidak luput dari dampak perubahan iklim global, yang berisiko mengacam ketahanan pangan, air, energi dan kesehatan," kata Dwikorita.

Dwikorita menekankan BMKG tidak akan pernah berhenti serta terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan layanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang prima kepada seluruh masyarakat Indonesia maupun kepada komunitas global di Kawasan, dengan melakukan berbagai lompatan inovasi di dalam layanan informasi, diantaranya dengan merapatkan jaringan pengamatan cuaca, iklim, dan kegempaan yang kami miliki, serta dengan meningkatkan keakuratan informasi yang dihasilkan.

"Salah satu upaya yang dilakukan oleh BMKG adalah dengan melakukan inovasi dalam membuat peralatan pengamatan cuaca dan kegempaan secara mandiri serta melalui berbagai kerja sama dengan berbagai mitra kerja sama yang tersedia di Indonesia maupun di luar negeri," lanjutnya.

Dwikorita mengarapkan dengan Kerjasama ini dapat dikembangkan berbagai inovasi yang dapat meningkatkan kemampuan kedua belah pihak dalam mewujudkan dan mendukung program-program pemerintah, khususnya dalam rangka mengurangi resiko bencana dengan pemahaman yang baik.

"Kami sangat antusias dengan kerjasama ini dan sangat berharap melalui Politeknik Caltex Riau, kapasitas SDM BMKG dapat ditingkatkan. Kami juga berharap agar civitas akademika Politeknik Caltex Riau sebagai komponen masyarakat cerdik pandai, dapat ikut mencerdaskan masyarakat luas di sekitar Jambi dengan membantu penyebarluasan info MKG yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat interpretasinya," pungkasnya.

Direktur Polteknik Caltex Riau menyatakan kesiapan menjadi partner bagi BMKG terutama dalam bidang penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan inovasi teknologi terapan di bidang MKG.

"Politenik Caltex Riau juga telah bekerja sama dengan Stasiun Klimatologi Kampar Riau dengan topik sistem monitoring parameter cuaca dan PM 2.5 berbasis website dan aplikasi android," sebut Yanuar.

Yanuar berharap penandatanganan nota kesepahaman dengan BMKG semakin meningkatkan kinerja kedua intitusi mencakup pemanfaatan sarana dan prasarana, serta pemanfaatan informasi di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi terapan di bidang MKG

"Semoga Politeknik Caltex Riau dapat membantu BMKG dalam menyebarluaskan informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana hidrometeorologi, gempabumi dan tsunami serta mitigasi dan adaptasi bencana," kata Yanuar.

Penandatanganan Nota Kesepahaman dilaksanakan secara daring oleh Kepala BMKG dan Direktur Politeknik Caltex Riau. Agenda dilanjutkan dengan pemberian Kuliah Umum Enabling Skill 2021 oleh Kepala BMKG tentang "Peran BMKG dalam Mengawal Indonesia Tumbuh dan Maju".

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024