Bersama BMKG, Nelayan Ketapang Aman Dan Sejahtera

  • Rozar Putratama
  • 27 Jul 2023
Bersama BMKG, Nelayan Ketapang Aman Dan Sejahtera

 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dalam hal ini Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak melaksanakan Pelatihan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Ke-6 di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Ketapang dan diikuti oleh 100 peserta dari nelayan, dan stakeholder kemaritiman. Serangkaian kegiatan SLCN ini bertujuan untuk membagikan edukasi terkait keterampilan mengakses dan membaca informasi cuaca yang menjadi bekal penanganan untuk berbagai kondisi cuaca yang terjadi di laut.

Kegiatan ini dibagi menjadi dua hari, hari pertama dilaksanakan di Aula Desa Sungai Kinjil Pesisir pada Selasa, 25 Juli 2023 dan dihadiri oleh Anggota Komisi V DPR RI, H. Boyman Harun, S.H. yang dalam hal ini diwakili oleh Anggota DPRD Kalimantan Barat, Yuliani S.H, Plt. Kepala Desa Sungai Kinjil Pesisir, Gusti Suhaimi, S.E., serta perwakilan BMKG Kalimantan Barat, Erik Handono, S.Tr. Sementara itu, pelaksanaan kegiatan SLCN hari kedua dilaksanakan pada Rabu, 26 Juli 2023 yang sekaligus dilakukan acara pembukaan, dimana pelatihan ini diselenggarakan di Aula Parkir Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kabupaten Ketapang. Pada kesempatan tersebut hadir Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto M.Si., Yuliani, S.H yang mewakili anggota Komisi V DPR RI, H. Boyman Harun, S.H., Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Eko Prasetyo, M.T., Bupati Kabupaten Ketapang yang diwakili oleh Sekretaris BPBD Ketapang, Suryadi, S.Pd., Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ketapang, Ir. Adi Mulia, M.Hut., Jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang, Seluruh Kepala UPT Provinsi Kalimantan Barat, termasuk Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, Raden Eko Sarjono, S.T.

Acara di awali dengan kemeriahan tarian khas Melayu, Tari Zapin Bersahabat dan dilanjutkan dengan laporan Raden Eko Sarjono selaku ketua pelaksana SLCN Kalimantan Barat Tahun 2023. "Kegiatan SLCN ini diselenggarakan sebagai upaya nyata BMKG untuk turut serta mendukung program pemerintah di bidang maritim dan pangan serta pendekatan kepada nelayan di Kabupaten Ketapang", Tutur Raden Eko. Beliau juga berharap kegiatan dan koordinasi dengan stakeholder dan nelayan di Ketapang tidak berhenti sampai disini saja, tetapi bisa terus berlanjut dan bersinergi prima untuk keselamatan dan meningkatkan perekonomian nelayan dan daerah.

Pada kesempatan ini juga Guswanto, M.Si. mengatakan kegiatan ini sangat penting dilakukan mengingat Kabupaten Ketapang merupakan penyuplai produksi perikanan terbesar di Kalimantan Barat. Kiranya dapat menjadi media awal untuk menimba ilmu, bertukar pengalaman, serta berdiskusi antar peserta dan panitia. Ia juga menyampaikan bahwa nelayan perlu dilatih untuk bisa membaca informasi cuaca, gelombang laut, arah arus dan angin di wilayah perairan dan samudera di Indonesia melalui aplikasi Indonesia Weather Information for Shipping (INAWIS). "Di INAWIS dapat dilihat waktu terjadi gelombang tinggi, angin, dan juga lokasi keberadaan ikan, sehingga bukan lagi mencari ikan tetapi menangkap ikan", pungkasnya.

Setelah itu, sambutan sekaligus pembukaan oleh Anggota DPRD Kalimantan Barat, Yuliani S.H yang mewakili Anggota Komisi V DPR RI, H. Boyman Harun, S.H. Pada kesempatan tersebut beliau berharap para peserta dapat menjadikan pelatihan tersebut sebagai kesempatan yang besar untuk menunjang aktivitas di laut. Saat melaut, peserta bisa tetap menghasilkan tangkapan yang banyak dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi dengan pengetahuan yang diperoleh. Beliau juga menambahkan bahwa dengan bumi kita yang semakin tua dan cuaca yang tidak menentu, informasi cuaca dan iklim dari BMKG sangatlah penting untuk dimiliki.

Besar harapan pelatihan ini dapat menjadi sumber informasi dari segi cuaca dan iklim bagi para nelayan. Setelah kegiatan pembukaan, dilanjutkan dengan pemberian materi dari BMKG terkait produk-produk informasi cuaca dan iklim, pengenalan alat observasi, dan cara membaca informasi cuaca BMKG. Tak lupa juga, para nelayan dibekali ilmu dari SAR terkait teknik dan upaya penyelematan di laut.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024