Awal Musim Hujan Akan Datang Menyapa Wilayah Indonesia, Waspada Cuaca Ekstrem

  • Dwi Rini
  • 04 Sep 2018
Awal Musim Hujan Akan Datang Menyapa Wilayah Indonesia, Waspada Cuaca Ekstrem

Jakarta, (4/9). Awal musim hujan akan siap datang menyapa di wilayah Indonesia. Berbagai pertanyaan muncul di tengah-tengah masyarakat, kapan awal musim hujan? dan kapan puncak musim hujan? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa awal musim hujan 2018/2018 akan terjadi pada Oktober-November-Desember 2018. Pada Setiap wilayah berbeda-berbeda memasuki musim hujan. Sementara itu, puncak musim hujan 2018/2019 terjadi pada Januari-Februari 2019.

Kepala BMKG, Dr. Dwikorita Karnawati menjelaskan sebanyak 78 ZOM (Zona Musim) (22.8%) di wilayah Sumatera, sebagian besar Jawa, NTT, sebagian Sulawesi, awal musim hujan terjadi pada Oktober 2018. Sementara itu, yang awal mulai November 2018 sebanyak 147 ZOM (43.0%) meliputi Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan 85 ZOM (24.9%) di bulan Desember 2018.

"Awal musim hujan 2018/2019 di Indonesia umumnya mundur sebanyak 237 ZOM (69.3%), sama dengan rata-ratanya 78 ZOM (22.8%) dan maju sebanyak 27 ZOM (7.9%). Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Hujan 2018/2019 diprakirakan Normal atau sama dengan rata-rata nya sebanyak 246 ZOM (71.9%), kemudian 69 ZOM (20.2%) akan Bawah Normal (lebih rendah dari rata-ratanya) dan 27 ZOM (7.9%) akan mengalami Sifat Hujan Atas Normal (lebih tinggi dari rata-ratanya)," tuturnya.

Dijelaskan, dalam sepekan ini, berdasarkan pengamatan BMKG, terdapat aktivitas MJO (Madden Jullian Oscillation) atau massa udara basah dan fenomena gelombang atmosfer lainnya (Rossby dan Kelvin Wave) dengan intensitas netral tidak signifikan. Akibatnya, lanjut Dwikorita memberikan signifikansi pada peningkatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.

Dwikorita menerangkan kondisi tersebut pun diperkuat dengan adanya pelemahan pusat tekanan tinggi di wilayah Australia yang mengakibatkan dorongan massa udara kering dan dingin dari Australia semakin melemah sehingga massa udara di wilayah Indonesia khususnya bagian selatan ekuator relatif menjadi lebih lembab.

"Kondisi ini menyebabkan terjadinya potensi pertumbuhan awan hujan. Dalam sepekan terakhir, tercatat kejadian hujan lebat terjadi di Riau, Bengkulu, Kepri, Jabodetabek, Kalteng, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Maluku, dan Papua," lanjutnya.

Dwikorita pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di sekitar wilayah Indonesia dalam periode 3 hari ke depan, antara Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Sementara itu, bagi masyarakat pesisir dan para nelayan harap waspada potensi gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter hingga 7 hari ke depan yang diperkirakan akan terjadi di Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Perairan selatan Banten, Samudra Hindia barat Bengkulu Hingga Lampung, Samudra Hindia selatan Banten.

Lanjutnya, Ia menuturkan berdasarkan pengamatan BMKG, masih terjadi gelombang tinggi (1.25-2.5 m) kategori waspada dan bahkan berpeluang mencapai (2.5-4.0m) kategori Berbahaya pada bulan September-Desember. Pada bulan September terjadi gelombang 1.25-2.5 m/ kategori waspada di Laut Jawa bagian tengah, Laut Arafuru, Perairan Kep.Sermata - Kep.Tanimbar; sementara di Samudra Hindia barat Sumatra, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT gelombang mencapai (2.5 - 4.0 m).

"Untuk Bulan Oktober, masyarakat pesisir dan nelayan di sekitar Laut Natuna utara, Pesisir Bengkulu, Laut Jawa bagian tengah, Laut Arafuru, Perairan Kep.Sermata - Kep.Tanimbar harap mewaspadai gelombang setinggi 1.25 - 2.5 m, sedangkan potensi gelombang setinggi 2.5 - 4.0 m berpeluag terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra, Perairan selatan Jawa - Sumba, Samudra Hindia selatan Jawa - NTT," imbau Dwikorita.

Pada bulan November, berpeluang gelombang 1.25 - 2.5 m di Samudra Hindia barat Sumatra, Perairan selatan Jawa - Sumba, Perairan Kep.Sermata - Kep.Tanimbar; dan bahkan, berpeluang terjadi gelombang tinggi 2.5 - 4.0 m di: Samudra Hindia selatan Jawa - Bali. Sedangkan, Bulan Desember terjadi gelombang tinggi setinggi 1.25 - 2.5 m di Perairan barat Sumatra, Perairan selatan Jawa - NTT, Laut Arafuru, Perairan utara Papua; Untuk wilayah Laut Natuna Utara terjadi gelombang setinggi 2.5 - 4.0 m (berbahaya).

Dwikorita pun kembali mengimbau untuk menghadapi kondisi puncak musim hujan, masyarakat perlu mewaspadai wilayah yang rentan terhadap bencana yang ditimbulkan oleh curah hujan yang tinggi seperti banjir, genangan, tanah longsor, angin kencang dan juga puting beliung," imbau Dwikorita.

Perkembangan Musim Kemarau 2018

Pada pertengahan Februari 2018, BMKG telah merilis bahwa awal Musim Kemarau di Indonesia akan terjadi mulai bulan April dan Mei 2018.

"Berdasarkan Hasil monitoring perkembangan musim kemarau hingga akhir Agustus 2018 ini menunjukkan hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yaitu sebanyak 99.12 %. Sedangkan sisanya 0.88% belum memasuki musim kemarau meliputi Payakumbuh (Sumatera Barat), Pulau Buru bagian utara (Maluku), Pulau Seram bagian selatan (Maluku)," tuturnya.

Sementara itu untuk kondisi El Nino, Dwikorita menjelaskan akan melemah dan diprediksi berpeluang aktif pada September 2018 hingga tahun 2019. El Nino lemah ditandai oleh lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah atau dikenal dengan indek ENSO positif. Kondisi ini, sambung Ia akan berdampak langsung pada peralihan sirkulasi angin Timuran menjadi Angin Baratan akan sedikit terlambat, kondisi inilah yang secara tidak langsung menyebabkan awal musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia menjadi terlambat dari biasanya atau klimatologisnya.

Namun, dijelaskan di awal tahun 2019 diprakirakan aktifnya monsun Baratan akan lebih mendominasi terjadinya variasi musim di Indonesia dibandingkan dengan pengaruh El Nino, karena El Nino diprediksi akan kembali netral di awal tahun 2019.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024