Apel Kesiapan Posko Angkutan Lebaran Tahun 2019 : Utamakan Faktor Keselamatan

  • Hatif Thirafi
  • 21 Mei 2019
Apel Kesiapan Posko Angkutan Lebaran Tahun 2019 : Utamakan Faktor Keselamatan

Jakarta - Kementerian Perhubungan menggelar Apel Kesiapan Posko Angkutan Lebaran 2019 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/5). Apel ini dihadiri oleh para pejabat kementerian/lembaga terkait, para Kepala Unit Penyelenggara Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan stakeholders terkait di Provinsi DKI Jakarta. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati didampingi oleh Deputi Meteorologi, R. Mulyono R. Prabowo turut hadir dalam apel tersebut.

Apel Kesiapan Posko Angkutan Lebaran 2019 bertujuan untuk memantapkan koordinasi antar petugas/instansi terkait/penyedia jasa dan asosiasi yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan angkutan laut lebaran. Posko angkutan laut lebaran tahun 2019 akan dimulai pada H - 15 (21 Mei 2019) sampai dengan H + 15 (21 Juni 2019).

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi yang bertindak sebagai Inspektur Apel menyampaikan bahwa faktor keselamatan dalam pelayaran adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh pihak pelabuhan, mengingat jumlah penumpang diprediksi akan sangat melonjak jelang lebaran nanti.

"Segala sesuatu ini yang paling diutamakan adalah keselamatan. Untuk keselamatan kita telah mempersiapkan semua peralatan dengan baik, memprakirakan cuaca, dari BMKG memberikan rekomendasi bagi kita dan kita menjalani dengan tertib sesuai dengan peraturan yang ada. Semoga apa yang kita laksanakan bisa memberikan layanan yang baik," sebutnya.

Budi Karya menambahkan, perlu diperhatikan bahwa sekarang ini terjadi pertambahan frekuensi masyarakat yang makin banyak menggunakan kapal laut. Sebagai contoh, di Makassar masyarakat yang menggunakan kapal laut untuk mudik lebaran ada sekitar 31.000 orang, di Balikpapan sekitar 10.000 yang menggunakan kapal laut. Hal serupa juga terjadi di Kumai, Sampit dan Jakarta. Oleh karena itu penyelenggaraan mudik dengan kapal laut harus dioptimalkan lebih baik lagi.

"Kita akan berikan kemudahan-kemudahan bagi penyelenggara agar kapasitasnya bisa dilaksanakan dengan lebih optimal dan kami akan lakukan survei dan inspeksi, jadi hari Minggu kita akan ke beberapa tempat untuk memastikan di daerah itu mempersiapkan dengan baik," jelasnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan ikut berperan aktif dalam mendukung Posko Angkutan Lebaran Tahun 2019 baik di tingkat pusat maupun daerah. BMKG secara rutin akan memberikan layanan dan produk informasi cuaca baik di sektor-sektor vital seperti bandara dan pelabuhan, serta informasi prakiraan cuaca sepanjang jalur mudik.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024