Analisis Dinamika Atmosfer - Laut; Analisis dan Prediksi Curah Hujan Dasarian III Januari 2019

  • Mohammad Ridwan
  • 03 Feb 2019
Analisis Dinamika Atmosfer - Laut; Analisis dan Prediksi Curah Hujan Dasarian III Januari 2019

PREDIKSI DINAMIKA ATMOSFER DAN CURAH HUJAN DASARIAN I FEBRUARI 2019

Angin Baratan diprediksi masih mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia. Belokan angin terdapat disepanjang ekuator bag.selatan, wilayah pertemuan angin utara dan selatan terjadi mulai di pesisir barat Sumatera hingga sepanjang
perairan utara Jawa dan Laut Arafuru. Pola siklonik terdapat di perairan barat sumatera bag.utara dan Kalimantan bag.barat kondisi ini mendukung peluang pembentukan awan hujan di daerah tersebut dan sekitarnya. Monsun Asia dan Australia pengaruhnya meningkatkan peluang pembentukan awan hujan disebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan prediksi MJO selama dasarian I Februari 2019 menghambat proses pembentukan awan terutama di wilayah Indonesia bagian barat, curah hujan diprakirakan berkisar 50 - 150 mm/das (kriteria menengah) . Curah hujan > 150 mm/das (kriteria tinggi) diprakirakan terjadi di Pesisir Pulau Sumatera seperti Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, dan Jambi, Jabar bag timur, Jateng bag tengah, Jatim bag. tengah, Sulsel bag. barat & utara, Sultra bag.utara dan Papua bag tengah.

PELUANG CURAH HUJAN TINGGI DASARIAN I FEBRUARI 2019

Wilayah dengan curah hujan tinggi >100 mm/das berpeluang terjadi di wilayah sepanjang pesisir barat Sumatera mulai sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Sumsel, hingga Lampung, Jawa Barat bagian timur, Jawa Tengah, DIY, Jatim, Bali bagian timur, Kalimantan bag.tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan bagian Utara, pesisir barat Sulsel, P.Buru(Maluku), Papua barat bag.timur, Papua Bagian Tengah (sekitar pegunungan Jayawijaya).

PREDIKSI CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2019

Secara umum curah hujan diprediksi pada kisaran 200-400 mm/bulan (menengah-tinggi). Curah hujan > 300 mm berpeluang terjadi di pesisir barat Aceh, Jambi bag.barat, Sumsel bag.barat, Lampung bag.barat, Jabar bag.timur, Jateng, Jatim, Kalbar bag.timur, Kalteng bag.utara, Kaltim bag.barat, Sulawesi bag.tengah, pesisir barat Sulsel, P. Buru, sebagian besar Papua Barat dan Papua. Curah hujan sangat tinggi > 500 mm/bulan berpeluang terjadi di bagian tengah wilayah Papua (sekitar Peg. Jayawijaya) dan Papua Barat bag.timur.

Analisis Perkembangan Musim Hujan Jan'III - 2019 : 98.4% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, kecuali di Jabar bag utara, Sultra bag Selatan, Gorontalo bag utara, dan Maluku bag. selatan belum memasuki musim hujan. Wilayah yang diprediksi mengalami puncak hujan pada bulan Februari-Maret meliputi Sumsel, Lampung, pesisir utara Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Kalteng bag selatan, Papua Barat dan Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024