Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III September 2020

  • Dedy Banurea
  • 03 Okt 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III September 2020

  • Analisis dan Prediksi Angin 850mb

Aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin timuran kecuali Sumatera bagian utara. Daerah belokan angin terjadi di sekitar garis ekuator. Angin timuran umumnya hampir sama dengan normalnya. Dasarian I Oktober 2020 diprediksi masih didominasi angin timuran kecuali wilayah Equator bagian utara. Daerah belokan angin terjadi di sekitar garis ekuator.

  • Analisis dan Prediksi MJO

Dasarian III September 2020 menunjukkan MJO aktif di fase 5 (Benua Maritim) dan diprediksi tetap aktif hingga Dasarian II Oktober 2020 dengan intensitas yang lemah. Berdasarkan peta prediksi spasial OLR, terdapat wilayah sedikit lebih basah di bagian utara Indonesia hingga dasarian II Oktober 2020. ?

  • Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD

Dasarian III September 2020 , Indeks ENSO telah melewati batas kriteria La Ni�a dan sudah berlangsung selama enam dasarian terakhir. Terdapat peluang untuk berlanjut dan menuju La Ni�a Moderat hingga periode FMA'21 (Februari-Maret-April 2021). Indeks Dipole Mode saat ini berada pada kategori Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga Maret 2021. Namun beberapa Institusi memprakirakan peluang DM negatif menuju Netral dapat terjadi mulai Oktober 2020 - Desember 2020, kemudian kembali menuju Netral mulai Januari 2021.

  • Analisis OLR

Dasarian III September 2020, Daerah pembentukan awan (OLR = 220 W/m2) terjadi di Sumatera bagian tengah hingga utara, sebagian besar Kalimantan, Maluku Utara dan sebagian besar Papua. Dibandingkan dengan klimatologisnya, tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih sedikit.

  • Analisis dan Prediksi RH

Dasarian III September 2020, Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya di atas 80%. Kelembapan dengan nilai di atas 90% teramati di sebagian besar wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan diprediksi umumnya di atas 80% hingga Dasarian III Oktober 2020 kecuali di sebagian besar wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT.

  • Analisis dan Prediksi Suhu

Dasarian III September 2020, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-27°C dan diprediksi dasarian I Oktober - III Oktober 2020 umumnya berkisar 22-30°C. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 18-26 °C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 28-36 °C.

  • Peringatan Dini

Peringatan Dini Iklim Ekstrem untuk beberapa Kabupaten di Provinsi NTT, NTB, dan Maluku yang berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi siaga dan awas hingga dua dasarian kedepan.

  • Analisis Curah Hujan pada Dasarian III September 2020 : Umumnya curah hujan pada Dasarian III September 2020 berada kriteria Rendah-Menengah (0 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (150 - 300 mm/dasarian) terjadi di Sumatera Utara bagian utara, Riau bagian utara, pesisir selatan Sumatera Barat, Jawa Barat bagian barat, Kalimantan Barat bagian barat, Kalimantan Utara bagian utara, Sulawesi Utara bagian utara, Papua Barat bagian barat serta Papua bagian barat dan tengah. Sifat hujan pada Dasarian III September 2020 umumnya Normal-Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian selatan, Lampung bagian selatan, Jawa Tengah bagian tengah, Jawa Barat bagian selatan, DIY, Jawa Timur bagian barat, Bali, Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Tengah bagian utara, Kalimantan Utara bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Sulawesi Barat bagian selatan, P. Buru, Maluku Utara bagian utara, Papua Barat bagian timur dan Papua bagian tengah.
  • Analisis Perkembangan Musim Kemarau Dasarian III September 2020: Berdasarkan jumlah ZOM, 92.98% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau sedangkan 7.02% wilayah masih mengalami musim hujan. Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat bagian timur, sebagian Jambi, Sumatera Selatan, sebagian besar Lampung, Bangka Belitung, P. Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah bagian timur , Kalimantan Selatan bagian barat, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, sebagian besar Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.
  • Prakiraan Curah Hujan Dasarian Okt I - Okt III 2020 :

Pada Okt I - Okt III 2020 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria menengah (50 - 150 mm/dasarian).

Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Okt I berada di Aceh bag selatan, pesisir barat Sumatera Barat, Bengkulu bag utara, Kalimantan Barat bagian utara, Sulawesi Barat bag utara, Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah; pada Okt II berada di Sumatera Barat bagian selatan, Bengkulu bagian utara, Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah; pada Okt III berada di Aceh bagian selatan, Sumatera Utara bagian tengah, Sumatera Barat bagian selatan, Sulawesi Barat bag selatan, Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah.

  • Peluang Curah Hujan di bawah 50 mm/dasarian Okt I - Okt III 2020 :

Pada Okt I terjadi di Jawa Barat bag utara, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan bag selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Papua bagian selatan; Pada Okt II terjadi di Jawa Tengah bag utara DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan bag selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Papua bagian selatan; Pada Okt III terjadi di Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan bag selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

  • Prakiraan Hujan Bulan Oktober 2020 - Maret 2021 :

Oktober 2020 : curah hujan < 150 mm masih berpeluang terjadi di Jawa Timur, Sulawesi Selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Bali, NTB, NTT dan Papua bagian selatan.

November 2020 : curah hujan < 150 mm berpeluang terjadi di sebagian NTB dan Sebagian NTT.

Desember 2020 : curah hujan < 150 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Januari 2021 : curah hujan < 150 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Februari 2021 : curah hujan < 150 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Maret 2021 : curah hujan < 150 mm tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024