Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Mei 2021

  • Dedy Banurea
  • 03 Jun 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Mei 2021

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD: Dasarian III Mei 2021, indeks ENSO menunjukkan kondisi netral, sebagian besar institusi memprediksi kondisi netral setidaknya akan berlangsung hingga akhir tahun 2021. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi IOD netral, dan diprediksi tetap pada kategori netral setidaknya hingga November 2021.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb: Aliran massa udara di wilayah Indonesia bagian selatan equator umumnya didominasi angin timuran. Terdapat pola siklonal di wilayah barat perairan Sumatera dan Kalimantan bagian barat. Kecepatan angin umumnya relatif lebih kuat dibanding normalnya. Pada dasarian I Juni 2021, aliran massa udara di wilayah Indonesia bagian selatan equator diprediksi masih didominasi angin timuran. Pola siklonal diprediksi tidak terbentuk di wilayah Indonesia. Zona Konvergensi diprediksi terjadi di wilayah Sumatera Barat dan Kalimantan Barat bagian utara.

Analisis OLR: Daerah pembentukan awan (OLR = 220 W/m2) terjadi i sebagian besar wilayah Sumatera bag tengah dan utara, Maluku bag utara, Papua Barat dan Papua bag utara. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan normalnya.

Analisis dan Prediksi MJO: Analisis pada tanggal 31 Mei 2021 menunjukkan MJO aktif di Fase 7 dan diprediksi akan terus aktif hingga pertengahan dasarian II Juni bergerak kembali menuju fase 6. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah subsiden (kering) mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia hingga pertengahan dasarian II Juni 2021.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH) : Dasarian III Mei 2021, Kelembapan udara relatif (relative humidity) pada lapisan permukaan umumnya di atas 85%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya diprediksi sekitar 80% hingga Dasarian III Juni 2021.

Analisis dan Prediksi Suhu: Dasarian III Mei 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 23-28°C dan diprediksi dasarian I s.d. III Juni 2021 umumnya berkisar 22-30°C. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 16-26°C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 24-32°C.

Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis: Peringatan Dini Kekeringan meteorologis di beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi siaga hingga dua dasarian kedepan.

Analisis Curah Hujan Dasarian III Mei 2021 : Umumnya curah hujan pada Dasarian III Mei 2021 berada kriteria Rendah - Menengah (0 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi dan sangat tinggi (> 150 mm/dasarian) terjadi di Aceh bagian barat, Sumatera Utara bagian selatan, Sumater Barat bagian barat, Bengkulu bagian tengah, Jawa Barat bagian barat, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian tengah, Kalimantan Timur bagian timur, Sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah bagian timur, sebagan Maluku Utara, Sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.

Analisis Perkembangan Musim Kemarau Dasarian III Mei 2021: Berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 56,43% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, Lampung bagian selatan, sebagian Banten, Sebagian DKI Jakarta, Sebagian Jawa Barat, Sebagian Jawa Tengah, DIY, sebagian besar Jawa Timur, sebagian besar Bali, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT, Kalimantan Selatan bagian timur dan barat, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah bagian utara dan Papua Barat bagian timur..

Prakiraan Curah Hujan Dasarian I Juni - III Juni 2021: Pada Juni I - Juni III 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah hingga menengah (0 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Juni I- Juni III 2021 meliputi Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan Atas 300 mm/bulan untuk Bulan Juni - November 2021 : Pada Juni - Juli berpeluang terjadi di Kalimantan Utara bagian utara, Sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian tengah. Pada Agustus - Oktober berpeluang terjadi Sumatera bagian utara dan barat, Kalimantan bagian utara, Sulawesi Barat bagian tengah, Sulawesi Tengah bagian barat, sebagian Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan Sebagian Papua. Pada November berpeluang terjadi di Sumatera bagian utara dan barat, Kalimantan bagian utara dan barat, Sulawesi Barat bagian tengah, Sulawesi Tengah bagian barat, Papua Barat bagian utara, dan Sebagian besar Papua

Prakiraan Awal Musim Kemarau pada bulan Juni 2021 terjadi di sebagian Sumaterra, sebagian Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi dan sebagian Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024