Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Juli 2021

  • Kukuh Prasetyaningtyas
  • 02 Agu 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Juli 2021

Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD : Indeks ENSO Juli 2021 menunjukkan kondisi netral, sebagian besar institusi memprediksi kondisi netral setidaknya berlangsung hingga awal tahun 2022. Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi prasyarat IOD Negatif sudah berlangsung dua dasarian terakhir, dan diprediksi akan kembali Netral hingga awal tahun 2022.

Analisis dan Prediksi Angin 850mb : Dasarian III Juli 2021, aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin timuran kecuali wilayah Aceh. Terdapat pola siklonal di Samudera Hindia barat Sumatera dan utara Papua. Pola angin sama dengan normalnya. Dasarian I Agustus 2021, aliran massa udara di wilayah Indonesia diprediksi masih didominasi angin timuran. Pola siklonal diprediksi terbentuk di wilayah barat Sumatera.

Analisis OLR : Daerah pembentukan awan terjadi di wilayah Aceh, Maluku, dan Papua. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih kering dibandingkan dengan klimatologisnya kecuali Maluku dan Papua.

Analisis dan Prediksi MJO : Analisis pada tanggal 30 Juli 2021 menunjukkan MJO aktif pada Fase 8 dan diprediksi masih akan aktif bergerak melewati Fase 8, Fase 1, Fase 2 dan kemudian Tidak Aktif hingga awal pertengahan dasarian II Agustus 2021. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah basah memasuki wilayah Indonesia bagian barat pada pertengahan dasarian I Agustus dan terus bergerak ke arah timur Indonesia hingga pertengahan dasarian II Agustus 2021.

Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH) : Dasarian III Juli 2021, kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya di atas 85%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan umumnya diprediksi diatas 80% hingga Dasarian III Agustus 2021.

Analisis dan Prediksi Suhu : Dasarian III Juli 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-26°C dan diprediksi dasarian I s.d. III Agustus 2021 berkisar 22-27°C. Suhu minimum diprediksi berkisar 22-27°C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 27-31°C.

Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis : Beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi siaga hingga awas untuk dua dasarian ke depan.

Analisis Curah Hujan Dasarian I Juli 2021 : Umumnya curah hujan pada Dasarian II Juli 2021 berada kriteria Rendah hingga Menengah (0 - 150 mm/dasarian). Curah hujan tinggi dan sangat tinggi (> 150 mm/dasarian) terjadi di Sulawesi Tenggara bagian utara, Maluku, Papua Barat bagian barat dan Papua bagian tengah. Sifat hujan pada Dasarian II Juli 2021 umumnya Normal - Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di sebagian Sumatera Utara, sebagian Sumatera Barat, sebagian Riau, Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Tengah bagian utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian utara, Papua Barat, dan sebagian Papua.

Analisis Perkembangan Musim Kemarau Dasarian III Juli 2021 : Berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 78,95% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh, Sumatera Utara, sebagian Riau, Jambi bagian barat dan timur, sebagian besar Sumatera Selatan, sebagian besar Lampung, sebagian Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah bagian timur, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan bagian barat, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian utara, Sulawesi Tenggara bagian selatan, sebagian Maluku, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian selatan.

Prakiraan Curah Hujan Dasarian I - III Agustus 2021 : Pada Agt I - Agt III 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah hingga menengah (0 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian). Pada Agt I - Agt III meliputi Papua Barat bagian utara dan Papua bagian tengah.

Prakiraan Curah Hujan bawah 50 mm/bulan untuk Bulan Agustus 2021 - Januari 2022 : Pada Agustus - Oktober curah hujan <50 mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Pada November - Januari curah hujan <50 mm/bulan tidak berpeluang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024