Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Juli 2020

  • Dedy Banurea
  • 03 Agu 2020
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Juli 2020

  • Analisis Curah Hujan pada Dasarian III JULI 2020 : curah hujan pada Dasarian III Juli 2020 berada kriteria rendah (< 50 mm/dasarian). Curah hujan tinggi (150-300 mm/dasarian) terjadi di Aceh, Kep. Mentawai, Riau bag utara, Jabar bag tengah, Kalbar bag utara, Kaltim bag selatan, Sulut bag selatan, pesisir timur Sulteng, Malut, P. Seram bag barat, Pabar bag barat dan sebagian Papua. Curah hujan menengah (50-150 mm/dasarian) terjadi di Aceh bag selatan, sebagian Sumut, Sumbar, sebagian Riau, Sumsel bag selatan, Lampung bag utara, sebagian Jabar, sebagian besar Kalbar, Kalteng bag tengah, Kalsel bag timur, Kaltara bag timur, sebagian Sulsel, sebagian Sulteng, sebagian Malut, P. Seram bag tengah, sebagian besar Pabar, dan sebagian Papua.
  • Analisis Perkembangan Musim Kemarau sampai dasarian III JULI 2020: Berdasarkan jumlah ZOM, 77,49% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau sedangkan 22,51% wilayah masih mengalami musim hujan. Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi pesisir timur Aceh, sebagian besar Sumut, sebagian besar Riau, Jambi bag barat, utara dan selatan, Sumbar bag utara, sebagian besar Sumsel, Lampung bag barat dan utara, Banten, DKI, sebagian besar Jabar, sebagian besar Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalteng bag selatan, Kalsel bag barat, Kaltim bag utara-timur, Pesisir barat Sulsel, Sulbar bag selatan, Sulteng bag selatan, Sultra bag selatan, Sulut bag utara, Pulau Buru, Papua Barat bagian timur, dan Papua bag utara-tengah-selatan.
  • Prakiraan Curah Hujan Dasarian I-III Agustus 2020 : Pada Agustus I-III 2020 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah (0 - 50 mm/dasarian) hingga menengah (50 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi pada Agustus I berada di Sulteng bag timur, P.Seram bag tengah, Pabar bag barat, dan Papua bag tengah; pada Agustus II berada di Sulbar bag utara, Pabar bag barat dan Papua bag tengah; pada Agustus III berada di Aceh bag selatan, Sumbar bag barat, Kalbar bag timur, Sulbar bag utara dan selatan, Pabar bag barat, dan Papua bag tengah.
  • Prakiraan Hujan diatas 300 mm/bulanan :

Agustus 2020 : Aceh bag selatan, Kalbar dan Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan, sebagian Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua bag tengah.

September 2020 : Aceh dan pesisir barat Sumatera hingga Sumbar, Kalbar dan Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan, Papbar dan Papua bag tengah.

Oktober 2020 : di Aceh, sebagian besar Sumut termasuk pesisir barat Sumut hingga Bengkulu, Kalbar dan Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan, Papbar dan Papua bag tengah.

November 2020 : di Aceh, sebagian besar Sumut termasuk pesisir barat Sumut hingga Lampung, Kalbar bagian barat dan utara, Kaltara bag utara, Sulbar, Sulteng bag selatan dan timur, Papbar dan Papua bag tengah.

Desember 2020 : di Aceh, pesisir barat Sumut hingga Lampung, Banten bag selatan, Jabar, Jateng bag tengah, Jatim bag tengah, sebagian NTT, Kalbar bag barat dan timur, Kaltim bag utara, Sulawesi bag tengah dan selatan, P. Buru, Papbar dan Papua.

Januari 2021 : di pesisir barat Aceh hingga Lampung, sebagian besar Jawa, sebagian NTB, sebagian NTT, Kaltim bag utara, Sulawesi bag utara, tengah, dan selatan, P.Buru, sebagian Maluku, Papua Barat dan Papua.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024