Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Januari 2021

  • Dedy Banurea
  • 02 Feb 2021
Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Januari 2021

  • Analisis dan Prediksi ENSO dan IOD

Dasarian III Januari 2021, Indeks ENSO menunjukkan kategori La Ni�a Moderat, beberapa institusi memprediksi La Ni�a dapat bertahan hingga Juni 2021. Indeks Dipole Mode menunjukkan prasyarat kondisi IOD positif, namun diprediksi kembali pada kategori Netral setidaknya hingga 2021.

  • Analisis dan Prediksi Angin 850mb

Aliran massa udara di wilayah Indonesia umumnya didominasi angin baratan. Daerah belokan angin terjadi di utara garis ekuator. Zona konvergensi terbentuk memanjang dari Jawa hingga Laut Aru. Kecepatan umumnya lebih kuat dibanding normalnya. Pada dasarian I Februari 2021, aliran massa udara di seluruh wilayah Indonesia diprakirakan masih didominasi angin baratan, dan secara umum diprediksi memiliki pola yang mirip dengan angin pada dasarian III Januari 2021 dengan kecepatan yang lebih kuat dibanding normalnya.

  • Analisis OLR

Daerah pembentukan awan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tutupan awan di wilayah Indonesia umumnya lebih banyak daripada normalnya

  • Analisis dan Prediksi MJO

Analisis pada tanggal 30 Januari 2021 menunjukkan MJO aktif di fase 6 (Pasifik Barat) dan diprediksi tetap aktif menuju fase 7 (Pasifik Barat) hingga pertengahan dasarian II Februari 2021. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah lebih kering diprediksi terjadi di wilayah Indonesia bagian barat hingga pertengahan dasarian II Februari 2021. Sedangkan wilayah lebih basah diprediksi akan terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

  • Analisis dan Prediksi Kelembapan Udara Relatif (RH)

Kelembapan udara relatif (relative humidity) pada lapisan permukaan umumnya di atas 85%. Kelembapan udara relatif pada lapisan permukaan diprediksi umumnya sekitar 80% hingga Dasarian III Februari 2021.

  • Analisis dan Prediksi Suhu

Dasarian II Januari 2021, suhu rata-rata permukaan berkisar 22-26°C dan diprediksi dasarian III Januari s.d II Februari 2021 umumnya berkisar 22 - 27°C. Suhu minimum diprediksi umumnya berkisar 18 - 26 °C dan suhu maksimum diprediksi umumnya berkisar 26-32 °C.

  • Peringatan Dini Tidak ada Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis
  • Analisis Curah Hujan Dasarian III Januari 2021: Umumnya curah hujan Umumnya curah hujan pada Dasarian III Januari 2021 berada kriteria Menengah-Sangat Tinggi (lebih dari 50 mm/dasarian).. Curah hujan rendah (0 - 50 mm/dasarian) terjadi di Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, Riau bagian timur, Kepulauan Riau, Jambi bagian timur, P. Bangka bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, Sulawesi Barat bagian selatan, Sebagian Sulawesi Tengah, P. Seram bagian barat, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian tengah. Sifat hujan pada umumnya Normal - Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian tengah, Riau bagian selatan, Kepulauan Riau, sebagian besar Jambi, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung, Lampung bagian utara, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, sebagian besar Jawa tengah, Jawa Timur bagian tselatan dan timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimatan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian selatan, P. Halmahera bagian tengah, sebagian Maluku, sebagian Papua, dan Papua bagian timur.
  • Perkembangan Musim Hujan Dasarian III Januari 2021: Berdasarkan jumlah ZOM, 95.61% wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan. Wilayah yang sedang mengalami musim hujan meliputi P. Sumatera, P. Bangka, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, P. Kalimantan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian barat, sebagian Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, sebagian besar Maluku, Papua Barat dan Papua.
  • Prakiraan Curah Hujan Dasarian I - III Februari 2021: Pada Februari I - Februari III 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria menengah (50 - 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150 mm/dasarian) pada Februari I meliputi Banten bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Timur bagian barat, Sulawesi Selatan bagian barat, Sulawesi Tenggara bagian timur, Maluku bagian selatan, Papua Barat bagian timur dan Papua bagian tengah; pada Februari II meliputi Jawa Barat bagian timur, Jawa Tengah bagian timur, Sulawesi Tenggara bagian timur , Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah; pada Februari III meliputi Papua bagian timur.
  • Prakiraan Hujan Tinggi (> 300 mm/bulan):

Februari-Maret 2021: di Aceh bag barat, Sumatera Utara bagian barat, sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Pulau Kalimantan bagian tengah, sebagian besar Sulawesi bagian tengah, sebagian besar Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua. April - Mei 2021: di sebagian Aceh, Kalimantan Utara bagian tengah, Kalimantan Timur bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah-utara, sebagian besar Papua Barat dan Papua bagian tengah. Juni - Juli 2021 di sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Papua Barat dan Papua bagian tengah.

- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024